NU Online Ponorogo – Reporter NU Ponorogo berhasil meminta komentar dari Ketua PCNU Ponorogo, Dr. Idam Mustofa, M.Pd, melalui sambungan WhatsApp mengenai sosok KH. Sholeh Hayat, seorang aktivis NU Jawa Timur yang legendaris yang dijulukinya sebagai “Sang Penerjemah Aturan Organisasi NU”. Dalam percakapan tersebut, Dr. Idam berbagi kenangan dan pandangannya tentang betapa besar peran KH. Sholeh Hayat dalam membimbing dan memberi pencerahan tentang aturan serta tata kelola organisasi NU.
Berikut ini adalah cuplikan kenangan Dr. Idam dengan gaya bertutur mengenai sosok KH. Sholeh Hayay yang begitu dihormati di kalangan aktivis NU Jawa Timur.
“Saya masih ingat dengan jelas, saat itu kami duduk santai di aula Graha (sebelumnya disebut kantor, Red) PCNU Ponorogo. KH. Sholeh Hayat tengah menjalankan tugas beliau sebagai verifikator dalam acara NU Award yang digelar PWNU Jawa Timur di Kabupaten Ponorogo, akhir tahun 2022. Suasana hari itu terasa lebih santai, meski tugas beliau sebagai verifikator cukup padat. Beliau tetap bisa menyisihkan waktu untuk berbincang, dan kami pun mulai mengobrol ringan tentang banyak hal, salah satunya tentang peran NU dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam obrolan santai itu, meskipun topiknya tidak terlalu berat, saya bisa merasakan kedalaman pemikiran beliau. KH. Sholeh Hayat selalu memiliki cara yang unik dalam menjelaskan hal-hal yang bisa jadi rumit, terutama terkait dengan aturan dan tata kelola organisasi NU. Salah satu poin yang beliau sampaikan adalah pentingnya menjaga prinsip-prinsip dasar dalam NU, tetapi juga harus selalu mengedepankan maslahat umat dalam setiap kebijakan dan keputusan.
Beliau mengingatkan bahwa NU sebagai organisasi besar harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, namun tetap menjaga esensi ajaran yang diwariskan oleh para ulama terdahulu. Saya sangat terkesan dengan cara beliau menilai, terutama dalam posisi beliau sebagai verifikator dalam acara NU Award. Pendekatannya bukan hanya formalitas semata, tetapi penuh dengan kearifan dan penghayatan yang mendalam terhadap nilai-nilai NU.
Di tengah perbincangan, beliau berkata dengan tegas, kurang lebihnya: “Aturan dalam NU itu bukan sekadar dokumen yang harus dipatuhi, tetapi semangat yang harus hidup dalam setiap gerak langkah kita.” Kalimat ini seolah menjadi pencerahan bagi saya, bahwa dalam organisasi ini, aturan bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan bagian dari ikatan batin yang menguatkan kebersamaan di antara pengurus dan umat.
Meskipun tengah sibuk dengan tugasnya yang berat, beliau selalu bisa memberikan pelajaran tentang bagaimana menjalankan peran di NU dengan penuh rasa tanggung jawab. Obrolan santai kami tidak hanya menghangatkan suasana, tetapi juga memberi pemahaman lebih dalam tentang apa yang sesungguhnya menjadi inti dari organisasi ini—kerja keras, kebersamaan, dan semangat untuk selalu menjaga amanah umat.
Kenangan tentang KH. Sholeh Hayat selalu saya simpan, sebagai pelajaran berharga dari seorang kiai aktivis NU legendaris yang dengan rendah hati memberikan pencerahan dalam segala aspek kehidupan. Saya merasa sangat beruntung bisa berbincang dengannya, bahkan dalam situasi yang santai sekalipun. Semoga ilmu dan teladan beliau terus menjadi cahaya bagi perjalanan kita di Nahdlatul Ulama.”
Reporter: Atta