NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Lailatul Ijtima’ NU Ranting Tanjungsari Gabungkan Tiga Acara, Kyai Sholihin Sitir Imam As-Syadzili

NU Online Ponorogo – Menjadi keistimewaan tersendiri, tahun ini seperti tahun sebelumnya, peringatan isra mi’raj berbarengan dengan momen harlah NU. Tahun ini 16 Rajab jatuh pada tanggal 16 Januari.

Dari pantuan kontributor NU online Ponorogo, kini mulai marak pengajian umum bertemakan isra mi’raj. Di kalangan NU kegiatan ini sekaligus memperingati 102 tahun kelahiran NU. Salah satunya Ranting NU Tanjungsari, Jenangan, Ponorogo.

Kegiatan lailatul Ijtima (LI) yang rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu Pon (malam Ahad Wage) dialihkan kegiatan peringatan Isra Mi’raj dan Harlah 102 NU. Kesyukuran harlah NU ditandai pemotongan tumpeng, dan peringatan isra’ mi’raj berupa ceramah agama.

Nampak hadir di panggung undangan kehormatan Ketua PCNU Dr. Idam Mustofa, M.Pd dan para pengurus NU setempat. Tampil sebagai pembicara K. Moh. Nur Sholihin Wakil Ketua PCNU yang selama ini menjadi narasumber tetap kegiatan Lailatul Ijtima’ Ranting NU Tanjungsari.

Ceramah Kyai Sholihin mengambil tema keutamaan salat. Dengan menyitir pernyataan Imam Abu al-Hasan al-Shadzili di kitab Tajul ‘Arus ,

“ukur dirimu dengan shalat, jika shalatmu menghindarkan dirimu dari godaan duniawi (hawa nafsu), maka ketahuilah bahwa kamu telah berbahagia. Tetapi jika shalatmu masih membiarkan dirimu terjerumus dalam keinginan duniawi, maka menangislah atas dirimu.” tutur kyai sholihin

Dijelaskan Kyai Sholihin, pernyataan Imam al-Shadhili ini juga mengandung kritik terhadap kecenderungan sebagian orang yang lebih ringan dan semangat dalam mencari harta atau kesenangan duniawi, sementara mereka merasa berat atau enggan untuk beribadah, khususnya dalam melaksanakan salat.

“Berat mana, kaki melangkah untuk ke sawah, atau melangkah ke masjid,” katanya memancing suasana. Jamaah menjawab serentak, “ke sawah….., ” diikuti derai tertawa.

Di penjelasan dari pernyataan Imam Sadzily berikutnya, Kyai Sholihin menyatakan, jika kaki terasa berat untuk salat, maka untuk ditangisi. “Nangislah, jika kakimu terasa berat untuk dipakai salat,” tukasnya sambil memijit kakinya.

Dlam konteks ini, Imam al-Shadhili seakan mengingatkan bahwa banyak orang yang dengan mudah meninggalkan segala aktivitas mereka demi mencari dunia, tetapi merasa berat dan malas saat diminta untuk melaksanakan salat yang merupakan kewajiban agama.

 

Kontributor: Sekretariat PCNU

Editor: Abraham Anta Permana

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *