NU Online Ponorogo – Setelah berdiri selama 243 tahun, masjid Imam Puro Danyang Sukosari yang pernah mengalami renovasi beberapa kali, dua tahun ini kembali dipugar. Renovasi masjid Imam Puro sebelumnya terjadi tahun 1850 dan 1960. Saat ini renovasi salah satu masjid tertua di Ponorogo ini memasuki tahap finishing.
Panitia pembangunan bersama Takmir memperluas masjid hingga dua kali lipat lebih dari ukuran awal 9 x 9 meter persegi. Kebutuhan menampung jamaah yang mendorong perluasan masjid ini.
“Daya tampungnya kalau bangunan utama 400 jemaah. Kalau Idul Fitri sampai halaman ya bisa 1.000 jemaah,” jelas Imam masjid KH. Muhammad Maksum.
Walaupun mengalami renovasi, pengurus masjid tetap mempertahankan sumur tua yang berada di depan masjid dan beduk serta kentongan peninggalan era Kyai Imam Puro. Pengurus masjid hanya beberapa kali mengganti kulit lembu beduk yang menua.
Beberapa batang pohon sawo kecik besar dan mentega besar atau bisbul juga masih menghiasi halaman Masjid Imam Puro.
Makam KH Imam Puro sendiri terletak di belakang masjid. Setiap hari, terlebih pada saat menjelang bulan Ramadan, selalu ramai dikunjungi peziarah. Bukan hanya dari Ponorogo, peziarah juga berasal dari luar kota.
“Biasanya kalau dari luar kota dijadikan satu paket sama ziarah ke Ki Ageng Besari. Habis dari sana baru kesini,” kata kyai Maksum.
Namun sejak adanya pandemi Covid-19 ini, sebut kyai Maksum, tidak banyak peziarah yang datang.
Perlu diketahui, masjid Imam Puro berdiri di Dusun Danyang RT.05/RW.02 Desa Sukosari, Kecamatan Babadan. Masjid ini telah menjadi saksi bisu sejarah penyebaran agama Islam di bumi Reyog.
Menurut kyai Maksum, masjid yang menempati lahan 3.000 m2 ini berdiri sejak tahun 1778, didirikan oleh Kyai Imam Puro. Kyai Imam Puro dikenal sebagai orang pertama yang menyebarkan agama islam di belahan barat laut Ponorogo, perbatasan dengan Magetan.
Kyai Imam Puro merupakan cicit Ki Ageng Muhammad Besari, pendiri masjid Tegalsari di Kecamatan Jetis. Bapaknya adalah Tubagus Abuyamin yang berasal dari Banten yang merupakan murid Ki Ageng Besari yang akhirnya menikahi cucu Ki Ageng Besari.
“Mbah Imam Puro yang menyebarkan agama islam disini. Selain masjid, beliau juga mendirikan pondok pesantren, santrinya kebanyakan dari luar daerah sini, ada yang dari banten juga,” kata Kyai Maksum, Minggu (25/4).
Singkat cerita, Ki Ageng Besari memerintahkan Tubagus Abuyamin untuk babat alas dan menyebarkan agama Islam di Desa Demangan, Kecamatan Siman.
Setelah pondok pesantren berdiri, ia memerintahkan anaknya, Imam Puro untuk menyebarkan agama Islam di ujung utara barat Ponorogo.
“Mbah Imam Puro menyebarkan agama islam di lahan baru. Hingga dipilih tempat di barat laut Ponorogo yakni di Desa Sukosari ini,” pungkas Kyai Maksum.
Reporter: Habib
Editor : Budi