NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Menjaga Ramadhan  setelah Ramadhan – Khutbah Jumat Singkat Bahasa Indonesia

Menjaga Ramadhan  setelah Ramadhan - Khutbah Jumat Singkat Bahasa Indonesia
Menjaga Ramadhan  setelah Ramadhan – Khutbah Jumat Singkat Bahasa Indonesia

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي جَعَلَ لِمَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ عَظِيْمَ الْاُجُوْرِ وَفَتَحَ فِيْهِ ابْوَابَ الْخَيْرَاتِ. لآاِلهَ اِلَّا هُوَ جَعَلَ صِيَامَهُ تَهْذِيْبً الِلنُّفُوْسِ وَرِفْقًا بِفُقَرَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ. اَسْتَغْفِرُ هُوَ اَشْهَدُ اَنْ لآاِلهَ اِلَّااللهُ بَلَّغَ مَنِ اعْتَمَدَ عَلَيْهِ مَرَامَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ هَجَرَ فِى الطَّاعَةِ مَنَامَهُ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِى الْفَضْلِ الْمُبِيْنِ.

اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ ، اِتَّقُوااللهَ وَعَلَيْكُمْ بِالْخَيْرَاتِ شَهْرَ رَمَضَانَ وبَعْدهُ. قَالَ اللهُ تَعَالى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَّلَكُمْ تَتَّقُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Kaum muslimin sidang Jum’ah Rahimakumullah

Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala larangannya, karena tidak ada bekal yang paling baik kita bawa ke hadapan Allah SWT, kecuali takwa kita kepada-Nya.

Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah

Bulan Ramadhan  telah selesai, tetapi semangat Ramadhan harus terus kita pelihara. Bulan Ramadhan  memang telah meninggalkan kita, tetapi bekas-bekas ibadah Ramadhan harus terus kita lanjutkan. Kita harus ingat bahwa tujuan puasa Ramadhan,seperti tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 183 adalah agar umat Islam menjadi bertakwa. Dengarkan firman Allah tersebut.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.

Pertanyaanya sekarang adalah sudahkan kita menjadi bertakwa? Yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah kita sendiri, bukan orang lain. Mungkin kita belum bisa menjadi pribadi yang bertakwa, tetapi kita harus menjadi orang yang berproses untuk bertakwa. Kita harus menjalani proses tersebut. Kita harus ingat,yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Sedangkan orang yang rugi adalah orang yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin. Berproses menjadi pribadi yang bertakwa adalah berproses untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin. Berproses itulah yang ditandai dengan lafal “la’alla” dalam ayat di atas, suatu lafal yang bermakna “pengharapan”. Diharapkan dengan puasa seseorang bisa menjadi orang yang bertakwa. Sebagai suatu pengharapan, ada puasa yang tidak menyebabkan orang bertakwa. Inilah yang disebut oleh hadis hanya dapat lapar dan dahaga saja. Jika seseorang hari ini lebih baik dari hari kemarin, berarti ada tanda, berarti ada indikasi, berarti ada ciri-ciri bahwa orang tersebut adalah orang yang diharapkan bisa bertakwa.

Menjadi lebih baik inilah inti dari bulan syawal. Syawal berasal dari kata “syala” yang berarti naik atau meninggi. Jika kita memahami dan menyadari makna syawal ini dengan benar, maka berarti kita telah menjaga Ramadhan  setelah Ramadhan .

Pertama, syawal artinya naik atau tinggi. Setelah Ramadhan  kita diangkat oleh Allah SWT posisi kita sebagai orang yang tinggi. Kita bersih dari dosa, kita seperti bayi kembali. Bukankah Rosulullah SAW bersabda

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan  dilandasi oleh iman dan instropeksi diri, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah SWT (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760

Posisi yang tinggi ini jangan sampai hilang, jangan sampai rusak, jangan sampai ternodai kembali. Caranya bagaimana? Caranya adalah menjaga jama’ah sholat fardhu, mengerjakan sholat-sholat sunnah, istiqomah membaca al-Qur’an, menjaga lisan dari menggunjing, ghibah, menjaga hati dari riya’, takabbur, hasud, memperbanyak istighfar, membaca sholawat, membantu sesama muslim. Intinya, setelah Ramadhan harus ada peningkatan dibanding sebelum Ramadhan.

Kedua, Syawal adalah hari sejarah, hari silaturrahim dan hari saling memaafkan. Hari sejarah adalah hari, seseorang mengetahui asal usulnya, nenek moyangnya dan saudara-saudaranya. Jika nenek moyangnya orang alim, ayo tiru nenek moyangnya, jika nenek moyangnya adalah orang biasa, ayo membuat sejarah baru, agar anak keturunannya bangga. Syawal juga hari silaturrahim, silaturrahim menunjukkan keakraban, kerukunan dan saling mencintai. Silaturrahim dan sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Demikian pula saling memaafkan. Memberi maaf sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Allah SWT bahkan menyandingan orang yang tidak mau memberi maaf sama saja dengan “bodoh”. Dalam surat al-A’raf ayat 199 Allah SWT berfirman

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Artinya: berilah maaf dan perintahlah orang untuk mengerjakan perbuatan baik, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”

Ketiga, setelah syawal dan bulan-bulan berikutnya, semangat Ramadhanharus terus bergelora. Jika ingin maksiyat, ingat bahwa kita telah diampuni oleh Allah SWT di bulan Ramadhan . Jika ingin berbuat dosa, ingat bahwa hati kita telah menjadi putih. Jangan sampai ternodai kembali. Cepat-cepatlah istighfar, meminta ampun. Ingat, dalam sebuah hadis dijelaskan sepanjang manusia hidup, ia akan selalu digoda dan dijerumuskan ke lembah dosa oleh setan. Tetapi Allah bersumpah, bahwa selama hamba mau meminta ampun kepada-Nya, Allah SWT akan selalu mengampuni hamba tersebut. Semoga kita bisa menjaga semangat Ramadhan  di luar Ramadhan. Amiin.

جَعَلَ اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ الْآمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُتَّقِيْنَ. اَعُوْذُبِ اللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَمَنْ يَشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ، وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

 

اَلْخُطْبَةُالثَّانِيَةُ

اَلْحَمْدُ لِلّهِ ضَامِنِ الْفَلَاحِ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِالشَّرْعِ وَوَقَفَ عِنْدَ حُدُوْدِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّم تَسْلِمًا كَثِيْرًا.

اَمَّابَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ وَاَبْدِلُوا الْفَسَادَ بِالرَّشَادِ. وَاَصْلِحُوا شُؤُوْنَكُمْ وَقُوْمُوْا عَلى قَدَمِ السَّدَادِ. فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْا اَنَّما عَلى رَسُوْلِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِيْنُ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللّهُمَ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ وَارْفَعْ لَهُمُ الدَّرَجَاتِ وَضَاعِفْ لَهُمُ الْحَسَنَاتِ وَكَفِّرْ عَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ وَبَلِّغْ جَمِيْعَ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ خَيْرَيِ الدَّارَيْنِ مَا يُؤَمِّلُوْنَ وَانْشُرْ وَافِرَ اِحْسَانِكَ عَلٰى بَلْدَتِنَا هذِهِ وَسَائِرِ بِلَادِ الْاِسْلَامِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَاتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ امَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ.

اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَخْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ. وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

Dr. Iswahyudi, M.Ag
Ketua Aswaja Center NU Ponorogo

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *