NU online Ponorogo – Pendidikan Diniyah dan pesantren semakin menarik perhatian pengelola pendidikan formal. MTsN 4 termasuk salah satu Madrasah Negeri di bawah Kemenag yang eksis menyelenggarakan pesantren dan Madrasah Diniyah dalam penyelenggaraan pendidikannya.
Madrasah yang sekarang dipimpin Mahmud ini menerapkan aturan santri mukim yang terbilang unik. Dalam keterangan tertulisnya Mahmud menjelaskan, setiap hari siswa dari 2 kelas diwajibkan mukim di asrama madrasah.
“Saat bermukim di asrama inilah para siswa mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah mulai pukul 14.00 hingga 17.00,” jelasnya.
Ditambahkan Mahmud, saat ini guru Madrasah Diniyah sebanyak 25 orang, terdiri 15 guru non PNS dan 10 guru PNS. Kegiatan santri selama di asrama, lanjutnya, pembelajaran Al-Quran selepas Magrib, pengajian kitab kuning setelah Isya’. Para siswa mukim masih harus mengikuti bimbingan tahfidz dan shalat Lail tanpa melupakan belajar malam.
“Waktu mengulang pelajaran dan mengerjakan PR pada jam 9 ke atas. Para siswa sudah harus bangun jam 3 pagi untuk salat malam dilanjutkan sholat subuh berjamaah dan mujahadah,” terang Mahmud.
Sementara itu, MTsN 4 Ponorogo yang berada di Desa Karanglo Kidul Kecamatan Jambon ini tengah bergiat membenahi manajemen pendidikan diniyah yang dibinanya secara serius.
“Salah satu upaya perbaikan manajemen pendidikan Diniyah adalah peningkatkan kualitas dan kuantitas SDM pengelolanya,” ungkap Mahmud kepada NU online Ponorogo.
Upaya peningkatan SDM dilakukan MTsN 4 Ponorogo dengan mengadakan workshop manajemen pendidikan Diniyah dan pesantren, Selasa (24/11).
MTsN 4 Ponorogo mendatangkan Nara sumber Kepala Bidang Pondok Pesantren Kanwil Kemenag provinsi Jawa timur Drs.H.Leksono.M.Pd.I. Gelaran di Gazebo MTsN 4 Ponorogo ini diikuti para tenaga pendidik yang terlibat pada penyelenggaraan Madrasah Diniyah dan pesantren di MTsN 4 Ponorogo. Tidak hanya itu, para kepala Madrasah Diniyah se-Kecamatan Jambon dan Slahung juga ikut sebagai peserta.
Dalam laporannya, Mahmud yang pernah menjadi Bendahara PC GP Ansor Ponorogo masa khidmah 2009-2013 ini menjelaskan, Madrasah Diniyah dan pesantren di MTsN 4 telah berlangsung lama. Karena itu, pihaknya merasa perlu meningkatkan kapasitas SDM para pengelolanya.
“Diniyah dan pesantren yang sudah lama di rintis ini perlu dikelola dengan manajemen yang baik. Tentunya workshop ini (manajemen pendidikan diniyah dan pesantren, Red) bisa menjadikan semangat dan energi baru bagi kami untuk meneruskan perjuangan dari pendahulu kami,” jelas Mahmud.
Kepala Kemenag kabupaten Ponorogo Syaikhul Hadi yang hadir untuk membuka workshop mengapresiasi model madrasah diniyah dan pesantren yang dikembangkan MTsN 4 Ponorogo.
“Kita berharap pondok pesantren dan madrasah diniyah di MTsN 4 terus berkembang,” harapnya.
Syaikhul Hadi menyebut, kini jumlah madrasah diniyah di Ponorogo di angka 583, TPQ 305, majelis taklim 395. Syaikhul Hadi juga menyambut gembira Raperda Fasilitasi Madrasah Diniyah dan Pesantren yang kini dalam tahap pembahasan DPRD Ponorogo.
“Adanya Madin untuk pembangunan manusia di bidang agama di kabupaten Ponorogo dan kewajiban kita semua untuk memfasilitasinya,” imbuhnya.
Sebelum acara workshop, Syaikhul Hadi berkesempatan meresmikan kantor PTSP atau Pelayanan Terpadu Satu Atap MTsN 4 Ponorogo. (dam)
Reporter : Idam
Editor : Budi