NU Online Ponorogo – Jajaran MWC NU Pulung dari unsur Pengurus Harian dan Lembaga memilih tempat informal dalam melaksanakan Musyawarah Kerja (Musker), Sabtu (16/7/2022). Hawa sejuk menyelimuti suasana kawasan wisata Sekar Wilis Desa Kesugihan, tempat pelaksanaan Musker ini. Selain membahas berbagai Program Kerja Lembaga, juga dilaunching produk air mineral merk “FreshNU” yang dikelola Lembaga Perekonomian MWC NU Pulung.
Tampak hadir pada acara pembukaan Musker, di antaranya, Ketua PCNU Drs. H. Fatchul Aziz, M.A, Forpimka Pulung, pimpinan Anak Cabang Banom NU dan ketua Pengurus Ranting NU se-Kecamatan Pulung.
Sebelum acara pembukaan, semua yang hadir mengikuti istighotsah yang dipimpin KH. Moh. Shohib Mustasyar MWC NU Pulung. Pada acara sambutan, tampil bergantian Ketua MWC NU, Kepala Desa Kesugihan mewakili Camat, dan Ketua PCNU Ponorogo. Acara pembukaan ditutup doa, dipimpin Rais MWCNU Pulung Dr. K. Ahmad Syafi’i SJ, M.S.I.
Ketua MWC NU Pulung Nur Hasan, S.Pd.I dalam pengantar sambutannya menyampaikan permohonan maaf, karena pelaksanaan Musker terpaut waktu jeda yang agak lama setelah pelantikan. Dikatakannya, jajarannya membutuhkan waktu yang cukup untuk menggali aspirasi dari warga NU di tingkat paling bawah.
“Kami (MWC NU Pulung, Red) ingin program kerja lebih pada memenuhi kebutuhan warga NU di lapisan paling bawah,” kata Hasan.
Hasan memberikan contoh, usaha ekonomi “FreshNU” diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan yang hasilnya akan dimanfaatkan untuk mendukung layanan keumatan.
Hasan juga menunjukkan tekadnya untuk mengawal program di tingkat Ranting yang diprioritaskan pada pelaksanaan Lailatul Ijtima’ (LI), gerakan koin NU dan pengurusan wajaf NU.
“Sudah tidak bisa ditawar lagi, LI harus terus berjalan, koinisasi harus dikawal Lazisnu dengan serius dan aset-aset NU di Pulung harus diatas namakan NU,” tandas Dia.
Sementara itu Ketua PCNU Ponorogo Drs. H. Fatchul memberikan pesan, program kerja MWC NU Pulung harus dikelola dengan pembangunan jobdis yang jelas dan terukur. Dia mengistilahkan ranah kerja Syuriah terletak pada “manajemen langit” yang lebih pada pengambil kebijakan. Sedangkan Tanfidziyah harus berjalan dengan “manajemen bumi.”
“Jangan sampai jajaran Tanfidziyah memakai manajemen langit seperti Syuriah. Karena wilayahnya adalah kerja teknis yang harus dikelola dengan manajemen modern,” tandas Pak Aziz, sapaan akrabnya.
Disamping itu, MWC NU Pulung pada Musker ini juga mengikutsertakan Badan Otonom dan Pengurus Ranting NU.
” Agar setiap program kerja MWC NU dan Banom terintegrasi,” ungkap Farid Z. Fatawi dari Panitia Pengarah di awal pengantarnya menjelang sidang komisi program.
Sampai berita ini sampai di Redaksi NU online Ponorogo, agenda sidang komisi yang terbagi dalam 6 bidang masih berlangsung di tengah suasana perbukitan lereng gunung Wilis yang sejuk.
reporter/editor: idam