NU Online Ponorogo- Pondok Pesantren NURUL AZHAR yang berada daerah Gunungan Ringin Putih Sampung Ponorogo menyambut tahun baru umat Islam 1444 Hijriyah dengan antusias. Momen malem 1 Muharram tersebut dilaksankaan pada hari Ahad, 31 Juli 2022. Para santri dan alumni serentak mengadakan khataman al-Qur’an di 13 tempat yang tersebar di desa Jenangan-Sampung.
Tak pelak, hampir semua masjid dan musholla yang berada di seluruh desa tersebut terdengar gema lantunan ayat-ayat Al Qur’an yang membuat Desa Jenangan terasa tentram dan islami.
Karenanya, setiap orang yang melewati Desa Jenangan akan mendengar alunan kitab suci al-Qur’an. Kondisi seperti ini sungguh berbeda dengan hari-hari biasanya.
Kegiatan ini disambut baik oleh kepala Desa Jenangan dan Masyarakat. Masyarakat ikut membantu berbagai kegiatan, mulai menyediakan fasilitas para santri hingga konsumsi selama kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai pagi hari hingga sore hari. Para warga dan juga Kepala Desa menyarankan agar kegiatan serupa bisa dilaksanakan lagi dalam kesempatan-kesempatan yang berbeda.
Kegiatan khataman bertambah semarak dengan adanya pengajian umum yang dilaksanakan pada malam harinya. Pengajian umum dilaksanakan di Balai Desa Jenangan. Pengajian ini diisi oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Azhar Gunungan Dr. K. Iswahyudi, M.Ag. Pengajian ini mengambil tema “Tata Cara Sholat”. Dalam pengajian disampaikan bahwa sholat adalah aspek paling penting dalam Islam.
“Sholat adalah pondasi agama. Sholat adalah awal pertama yang akan dihisab atau dipertanyakan oleh Tuhan besuk di hari kiamat,”tandasnya.
Oleh karena itu agar sholat bisa lebih baik diharapkan jamaah pengajian untuk mengisi masjid dan musholla dengan sholat ber jamaah dan melakukan sholat sunnah rawatib.
Sementara itu, Dr.K.Iswahyudi, M.Ag. juga menjelaskan, Khataman al-Qur’an dan pengajian dilakukan karena beberapa alasan. Pertama, untuk memasyarakatkan al-Qur’an dan menginternalisasikan al-Qur’an dalam masyarakat. Jika al-Qur’an dipedomani dalam masyarakat, kehidupan masyarakat akan damai, tentram dan bahagia. Kedua, untuk mengisi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan terutama bulan Suro, suatu bulan yang “dianggap” sakral oleh orang Jawa, dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Hal ini disebabkan karena penamaan “Suro” sejatinya adalah pemenggalan kata dari bahasa Arab “’Asyura” yang artinya sepuluh atau tanggal sepuluh dari bulan Muharram. Ketiga, meneladani para ulama masa lalu dengan cara mengadakan peringatan-peringatan hari-hari bersejarah dalam Islam. Hari bersejarah diperingati agar semangat, intensi dan motivasi menjalankan kebaikan semakin meningkat. Peringatan Maulid, Rojab dan lain-lain sejatinya diarahkan agar ibadah umat Islam semakin meningkat dari hari ke hari. Khataman dan Pengajian adalah dua rangkaian yang sejalan. Khataman adalah kegiatan untuk mendengarkan firman-firman Allah SWT, sementara pengajian adalah pendalaman pemahaman keagamaan yang diambil dari kitab suci tersebut. Semoga kegiatan ini diridhoi oleh Allah SWT, bermanfaat untuk masyarakat dan bisa memotivasi agar ibadah kita semakin meningkat. Selamat tahun baru Hijriyah. Semoga kita bisa berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik. Amiin.
Reporter: Iswahyudi
Editor : Budi