NU Online Ponorogo – Di masa Pandemi Covid-19 yang seolah tak berujung, ternyata spirit perjuangan yang diwariskan para pahlawan masih bersemai di hati sebagian orang. Buktinya, para relawan kemanusiaan yang selama ini bernaung di bawah bendera NU masih terus bergerak. Mereka bahkan siaga 24 jam. “Mereka ingin istirahat sejenak untuk relaksasi. Makanya kita fasilitasi,” kata Budi Hermawan, SH, S.Pd.SD, Redaktur Pelaksana NU Online Ponorogo.Sebagaimana diberitakan, PCNU Ponorogo menggelar serangkaian acara dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-76. Di antaranya khotmil quran yang diprakarsai Jami’yyatul Qurra wal-Huffadz (JQH), upacara bendera di sejumlah lokasi yang digelar lembaga, banom, sekolah dan madrasah, juga tahlil, tausiyah dan orasi kebangsaan, dan kemudian ditutup dengan acara Ngobar (Ngobrol Bareng Relawan) yang diselenggarakan NU Online Ponorogo.
Puluhan relawan kemanusiaan antusias menghadiri acara Ngobar yang digelar di Aula Kantor PCNU di Jalan KH Ahmad Dahlan 60 Ponorogo, Selasa (17/8). Para relawan kemanusiaan itu terdiri dari relawan isoman, relawan oksigen dan relawan pemulasaraan jenazah. Acara Ngobar diawali dengan pemaparan tentang spirit perjuangan dengan mengambil sosok Mbah Syukri sebagai inspirasi utama.
“Saya termasuk orang yang bersyukur telah dipertemukan langsung dengan Mbah Syukri. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari beliau. Mbah Syukri adalah sosok pejuang yang tanpa pamrih,” ungkap Sekretaris PCNU Ponorogo, Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag.
Luthfi menceritakan, Mbah Syukri pernah diusulkan keluarganya untuk didaftarkan sebagai veteran perang. Akan tetapi beliau tidak bersedia. Bukan hanya itu, Mbah Syukri juga menutup rapat identitas dirinya sebagai mantan Laskar Hizbullah langsung di bawah komando Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari. Jati dirinya sebagai pejuang dan penyambung sanad dengan pendiri NU baru terungkap beberapa bulan terakhir.
Acara Ngobar yang dikemas santai itu juga dimanfaatkan para relawan untuk saling berbagi cerita suka duka, juga kendala yang sering dijumpai di lapangan. Kisah keseharian para relawan saat menjalankan tugas, menjadi bahasan yang mendapat sorotan forum. “Kami menjalankan tugas dengan perlatan dan perlengkapan seadanya,” aku relawan senior Sofyan yang kerap disapa Popeye.
Lebih jauh dikatakan Pope, para relawan kemanusiaan sangat membutuhkan perlengkapan alat pelindung diri. Mulai Hazmat, masker, handscoon, hingga desinfektan. Selama ini, para relawan terpaksa harus menempuh resiko tinggi terpapar Covid-19 karena ketidaktersediaan perlengkapan tersebut. “Kadang-kadang di lapangan relawan terpaksa pakai tas kresek sebagai pengganti handscoon,” kata Pope sembari nyengir.
Beragam cerita dari para relawan kemanusiaan itu langsung direspon Sekretaris PCNU. Luthfi berjanji untuk menindaklanjuti masukan dan harapan yang sudah disampaikan para kader muda NU yang aktif di bidang kemanusiaan itu. “Ini langsung saya WA-kan kepada beliau-beliau. Kebetulan ada grup khusus. Insya Allah dalam waktu dekat akan segera kita rapatkan. Tolong nanti kalau saya lupa diingatkan,” tutur Luthfi.
Acara Ngobar juga didukung asosiasi Pedagang Kuliner Ponorogo Tangguh (Tanggap dan Teguh, Red). Mereka memberikan donasi berupa makanan dan minuman khusus untuk relawan. Di antaranya dari Sego Bakar Jhon Kombi, Nasi Pecel Hj Lulut, HR Group dan Bakso Berkah. “Kami bisa ngumpulin donasi ini, ya karena ada Banser yang siap bergerak,” pungkas Joko Dwi W, pemilik Jhon Kombi yang selama ini bersama asosiasi Pedagang Kulier Ponorogo Tangguh mensupport gerakan Barkot (Banser Kota, Red) bagi makan siang gratis khusus untuk warga isoman.
Reporter : Idam
Editor : Lege