NU Online Ponorogo – Sanad merupakan salah satu pilar terpenting dalam tradisi keberagamaan di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah. Baik sanad keilmuan maupun sanad perjuangan. Berkaitan dengan sanad tersebut, kini warga nahdliyin di Ponorogo patut bersyukur. Bahwa ternyata di Ponorogo masih ada santri Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Beliau bahkan termasuk salah satu pejuang Laskar Hizbullah.
Namanya Mbah Syukri, warga Desa Carangrejo, Kecamatan Sampung. Usianya sudah 103 tahun. Sebagaimana santri Mbah Hasyim lainnya yang selalu menyembunyikan identitasnya, begitu pula Mbah Syukri. Tak satupun warga NU Ponorogo yang mengetahui siapa sebenarnya beliau, kecuali anak-anaknya. Rahasia itu baru tersingkap setelah KH Abdul Mun’im DZ didampingi Dr. KH. Adnan Anwar berkunjung ke rumah Mbah Syukri. Keduanya adalah Instruktur Nasional Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (Inas PKP-NU).
“Atas nama Pengurus Cabang dan sekaligus Koordinator IW (Instruktur Wilayah, Red) Ponorogo, kami sangat bersyukur oleh Allah dipertemukan dengan mutiara terpendam yang selama ini kita tidak tahu. Dan ironisnya, yang menemukan malah beliau-beliau yang dari Jakarta (Kyai Mun’im dan Kyai Anwar, Red),” ungkap Sekretaris PCNU Ponorogo, Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin.
Rombongan Kyai Mun’im dan Kyai Adnan didampingi IW Ponorogo meluncur ke rumah Mbah Syukri, Senin (29/3) lalu. Berbekal informasi dari Kyai Mun’im bahwa beliau tinggal di Desa Carangrejo, rombongan langsung meluncur ke lokasi. Sepanjang perjalanan, para IW Ponorogo sibuk mengontak tokoh NU setempat untuk menemukan rumah Mbah Syukri. Pasalnya, rombongan tersebut tidak ada yang tahu lokasi tepatnya di mana. Beruntung, kesigapan para tokoh NU setempat berhasil menemukan rumah Mbah Syukri.
Sesampainya di tujuan, disambut sosok laki-laki tua yang masih fasih berbicara. Setelah dipersilakan masuk, perbincangan pun dimulai. Awalnya, para tamu sempat ragu-ragu soal kebenaran informasi bahwa Mbah Syukri adalah santri sekaligus mantan Laskar Hizbullah. “Butuh proses untuk memecah kode agar beliau bersedia membuka diri,” ungkap Kyai Adnan.
Sikap menyembunyikan identitas ini sama persis dengan santri Mbah Hasyim lainnya. Nyai Suryani misalnya, yang baru saja meninggal 23 Maret 2021 lalu. Santri Mbah Hasyim berusia 102 tahun itu menyamar sebagai dukun bayi dan tinggal di daerah terpencil di Rumbia, Lampung Tengah. Padahal, beliau punya peran besar di masa perjuangan. Beliau pernah ditugasi Mbah Hasyim mengisi bambu runcing dan penjalin dengan mantra sebagai senjata Laskar Hizbullah.
Sikap yang sama juga ditunjukkan Mbah Rusmani yang tutup usia pada 11 Maret 2021 lalu. Usianya diperkirakan 105 tahun. Belau juga masih punya daya ingat yang tajam serta fasih berbicara. Hanya saja, ada ‘kode’ untuk bisa membuka jati dirinya. Sebagaimana dialami Lege, salah seorang IW Ponorogo. Ketika ditanya, beliau mengaku bukan santri Mbah Hasyim. Hanya sekedar lewat saja di Ponpes Tebuireng. Ternyata, ada kode rahasia untuk bisa berdialog dengan beliau.
“Saya dikasih tahu sama IW dari Madiun, katanya suruh hidyah fatihah dulu, trus dilanjut dzikir dalam hati sambil ngobrol. Dan ternyata benar. Begitu saya lakukan, beliau baru mau bercerita. IW dari Madiun itu kalau sowan malah bagi-bagi tugas. Mereka sowan bertiga. Yang satu bagian berdialog, satu lagi bagian merekam, dan satu lagi ditugasi khusus untuk berdzikir,” ungkap Lege.
Mbah Syukri pun baru mau bercerita banyak ketika Kyai Mun’im menyodorkan tongkat untuk disuwuk. Begitu disodori tongkat, Mbah Syukri langsung memegang tongkat itu dan diberi japa mantra dengan do’a-do’a yang cukup panjang. Padahal sebelumnya, Mbah Syukri mengatakan hanya punya dungo slamet. Beliau bahkan mengaku sebagai abangan. Di akhir pertemuan, Kyai Mun’im memberikan jasket (jas semi jaket, Red) Wahyu Tumurun yang menjadi ciri khas Kader Penggerak NU.
“Tolong diramut. Segera tindaklanjuti dengan eksplorasi lebih dalam lagi. Seperti yang beliau ceritakan, coba gali lagi informasi tentang Kyai Wahid Hasyim,” pesan Kyai Mun’im kepada para kader NU di Ponorogo.
Luthfi menambahkan, PCNU Ponorogo akan menindaklanjuti temuan ini. “Kemarin beliau baru menjelaskan seputar sanad perjuangannya saja, hubungan antara prajurit dengan komandannya di bawah payung Laskar Hizbullah. Nanti coba kita perdalam lagi dari sisi sanad keilmuannya,” kata Luthfi.
Reporter/Editor : Lege
Assalamu’alaikum…..
Mohon ijin untuk posting ulang artikel di atas di Situs Islam Aswaja NU Cilacap Online
Berharap bisa memberi manfaat lebih kepada pembaca kami dan tersebarnya informasi tentang Mbah Syukri sebagai ikhtiar membuka sejarah panjang sanad perjuangan bagi warag NU
Baik.. Silahkan..
Terima Kasih..
Mari kita saling memasang Backlink untuk memperkaya pencarian…
Assalammualaikum, maaf mau tanya apakah saat ini diperbolehkan untuk sowan ke rumah beliau jika tidak keberatan mohon di informasikan alamat lengkap beliau ( Mbah Syukri ) apabila dari admin sudaah mengetahui almatnya. Terima kasih sebelumnya
Silakan langsung menuju Desa Carangrejo. Setelah sampai di sana, tanya saja ke warga sekitar. Insya Allah sudah tahu semua. Atau jika belum yakin, bisa kontak Admin. Insya Allah tim kami siap mengantar ke lokasi.