NU Online Ponorogo – Pandemi Covid-19 bukan alasan bagi santri untuk tidak memperingati Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober. Seperti yang terlihat di Kabupaten Ponorogo, para santri tetap menggelar upacara di sejumlah lokasi. Yel-yel “Santri Sehat, Indonesia Kuat” yang menjadi tema nasional HSN tahun ini pun menggema di berbagai titik di bumi reyog.
Pantauan NU Online Ponorogo, beberapa pondok pesantren dan lembaga pendidikan di bawah payung besar NU menyelenggarakan upacara peringatan HSN 2020. Salah satunya di Ponpes Nurul Quran (Pakunden). Upacara di ponpes yang diasuh KH Mohammad Sholihan Al-Hafidz kali ini terbilang istimewa. Pasalnya, apel santri di tempat ini sekaligus menandai puncak peringatan HSN 2020 yang diselenggarakan PCNU Ponorogo.
Seperti diberitakan sebelumnya, PCNU Ponorogo menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam rangka turut memeriahkan peringatan HSN 2020. Di antaranya Diklat Da’i dan Da’iyah, Lalaran Nadzaman Virtual, Gerakan 10 Ribu Telur Untuk Santri, Festival Kreasi Siswa Virtual, Ziarah Muassis, Istighotsah Akbar Virtual, Bedah Buku “Goro-goro Menjerat Gus Dur”, Focus Group Discussion (FGD) Buku Sejarah NU Ponorogo, dan yang paling spektakuler adalah Kirab 100 Ribu Do’a Pagar Bumi yang digawangi PC GP Ansor.
Perjalanan Kirab 100 Ribu Do’a Pagar Bumi mengelilingi 21 kecamatan se-Kabupaten Ponoroogo selama 9 hari ini berakhir di Ponpes Nurul Quran, tempat dilangsungkannya upacara. “Upacara pagi ini sekaligus sebagai puncak acara,” kata Dr Miftahul Huda, Ketua Panitia Pelaksana Peringatan HSN 2020, Kamis (22/10).
Ponorogo-Perayaan Hari Santri 2020 atau yang lebih dikenal dengan Hari Santri Nasional (HSN) di Bumi Reyog Ponorogo, berlangsung sederhana namun penuh dengan pesan mendalam untuk terus berkhidmat dan berkontribusi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara istiqomah. Perayaan HSN bukan hanya sekedar ceremonial bagi para santri.
Kyai Sholihan yang juga Rais PCNU Ponorogo berpesan, para santri harus memaknai tema peringatan HSN 2020 secara mendalam. Tema “Santri Sehat, Indonesia Kuat” menunjukkan betapa pentingnya peran santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain sebagai penyangga utama NU, juga sebagai penjaga NKRI. Tema ini juga dinilai sangat relevan dengan kondisi kekinian, khususnya di saat Indonesia sedang diuji dengan Pandemi Covid-19. “Lek santrine loyo, loro, gak sehat, Indonesia yo loyo (Kalau santrinya loyo, sakit, tidak sehat, ya, Indonesia loyo. Karena itu, santri harus sehat. Alhamdulillah kalian sekarang menjadi santri, karena yang bisa meneruskan perjuangan para ulama, ya hanya santri,” pesannya.
Hal senada juga disampaikan pengasuh Ponpes Thoriqul Huda (Cekok) KH Kholid Ali Husni yang kerap dipanggil Gus Kholid. Kepada santrinya yang sedang mengikuti upacara di halaman pondok, Gus Kholid mengingatkan pentingnya rasa cinta NKRI, serta setia kepada Pancasila dan UUD 1945. “Santri berkontribusi besar untuk bangsa ini melalui Resolusi Jihad Mbah Hasyim Asy’ari. Maka kita harus terus dan lanjutkan perjuangan para pendahulu,” tegasnya.
Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga (Puyut) Muhammad Busro juga mengatakan hal yang sama. Santri, katanya, harus istiqomah berjuang untuk negeri. Garis perjuangan ini sudah menjadi spirit hidup yang mengakar di kalangan para ulama nusantara terdahulu. Para santri yang turut menikmati kemerdekaan, mempunyai kewajiban moral untuk melanjutkan perjuangan pendahulunya.
Reporter : Syamsudin, Yoga
Editor : Lege