اَللهُ أَكْبَرْ × 9
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا . وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا . وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً . لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ . اَللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الحَمْدُ .
الحَمْدُ للهِ الَّذِى أَعَدَّ لِلمُحْسِنِيْنَ جَزَاءً حَسَناً. وَرَفَعَ لَهُمْ عِنْدَهُ قَدْراً وَشَأْناً. أَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً وَاِيْقَانًا. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوْثُ اِلَى الثَّقَلَيْنِ رَحْمَةً وَإِحْسَانًا.
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ المُنَزَّلِ عَلَيْهِ القُرْآنُ تِبْيَانًا. وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ نَالُوا مِنْ رَّبِّهِمْ مَغْفِرَتاً وَرِضْوَاناً.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشِّيْطّانِ الرَّجِيْمِ . يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . (الِ عِمْرِانَ : ١٠٢) صَدَقَ اللهُ العَّظِيْمِ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، ولله الحمد
Marilah kita selalu meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya, dan selalu menjauhi larangan-larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari raya Idul Adha, dinamakan hari raya Qurban, karena di hari ini disyari’atkan ibadah yang sangat utama, yaitu ibadah qurban. Dalam Ibadah qurban tergambar kesabaran Nabi Ibrahim AS, atas ujian yang diberikan kepada dirinya; serta terkenang dengan jelas mengenai ketaatan beliau terhadap segala perintah Allah SWT, kepadanya.
Kesabaran dan ketaatan beliau inilah yang menyebabkan Nabi Ibrahim dianugerahi kehormatan yang sangat tinggi, sebagai “Khalilullah” (kekasih Allah).
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Beliau termasuk orang kaya di zamannya.
Ketika suatu hari, Nabi Ibrahim AS ditanya, “milik siapakah ternak sebanyak ini ?” Maka dijawabnya: “Milik Allah, tetapi kini masih menjadi milikku. Namun kapan saja Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan dengan ikhlas kepda-Nya.”
Imam Ibnu Katsir dalam kitab “Tafsir Al-Qur’anul ‘Adzim” mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan merelakan anaknya jika dikehendaki Allah, itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi lincah ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.
Dinyatakan dalam Al-Qur’an : Surat As-Shaffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى ، قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (الصافات : ١٠٢)
“Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi menyembelih kamu. Karenanya, apa pendapatmu?” Ismail berkata:
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.” (Qs. As-Shaffat : 102)
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah merelakan dirinya. Tiba-tiba datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu dari Allah SWT, menyuruh menghentikan pekerjaannya; dan sebagai imbalan atas keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan menyembelih seekor kambing sebagai korban mereka. Al-Qur’an : As-Saffat : 107-11
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيم ، وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآَخِرِينَ ، سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (الصافات : ١٠٧ – ١١٠)
“Kami ganti dia dengan seekor domba yang sangat besar. Kami telah jadikan dia sebagai contoh bagi generasi-generasi sesudahnya. Salam sejahtera bagi Ibrahim. Demikianlah Kami memberi pahala kepada orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs. As-Saffat : 107-110).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، ولله الحمد
Kita perhatikan sekali lagi, jawaban Isma’il kecil ketika ia mendengar akan diqurbankan oleh ayahandanya demi memenuhi panggilan Allah SWT. Ia berkata : “Silahkan wahai ayahanda, aku menerima dengan baik atas perintah Allah kepadamu”
Peristiwa bersejarah ini memberi pelajaran bagi setiap Muslim, bahwa anak yang berbakti lahir dari orang tua yang berbakti juga. Ada pepatah, “daun jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.”
Dalam sebuah hadits, riwayat Al-Bazzar, dijelaskan :
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ ذُرِّيَّةَ المُؤْمِنِ مَعَهُ فِي دَرَجَتِهِ وَإِنْ كاَنَ لَمْ يَبْلُغْهَا فِي العَمَلِ. (رواه البزار)
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat anak-anak orang mukmin ke derajat orang tuanya, walaupun amal shalih mereka tidak seperti amalan orang tuanya.” (HR. Imam Al-Bazzaar)
Keshalihan Ismail kecil, bukan diperoleh dari bangku sekolah, bukan pula pengaruh dari adat dan budaya masyarakatnya; melainkan karena ketaatan kedua orang tuanya kepada syari’at Allah SWT; dan berkat asuhan ibunda tercintanya yang sangat taat kepada ajaran agama.
Lingkungan Nabi Isma’il kecil, kala itu adalah ibundanya semata, karena mereka berdua hidup dan tumbuh dalam sebuah lembah yang belum dihuni oleh manusia, selain mereka berdua.
Kisah Nabi Ibrahim AS, telah memberi pelajaran berharga pada kita, bahwa jika menginginkan anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang shalih, maka orang tua, terlebih dahulu melakukan keshalihan agar menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، ولله الحمد
Pada gilirannya anak yang shalih merupakan harapan orang tua, walaupun mereka telah berpulang di alam baka dan telah terputus kesempatan untuk beramal dan berbuat baik untuk dirinya. Dalam sebuah hadits, dijelaskan :
عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا. (رواه أبو داود)
“ Diriwayatkan dari Sahal bin Mu’az dari ayahnya, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa membaca Al-Qr’an dan mengamalkan isinya, maka kedua orang tuanya di akhirat diberi mahkota yang sinarnya lebih bagus dari sinar matahari di dunia.” (HR. Imam Abu dawud).
Dalam hadits di atas, jelas bahwa kedua orang tua di akhirat ikut dimuliakan di sisi Allah SWT, berkat perbuatan baik anaknya.
Maka kausalitas keduanya adalah, orang yang shalih akan melahirkan anak yang taat beragama; dan anak yang shalih dan berbakti pada agama akan menjadi dambaan kedua orang tua, walaupun mereka sudah di alam baka.
Tidak hanya doa anak shalih yang bermanfaat untuk kedua orang tuanya, tetapi juga ibadahnya yang tekun dilakukan di dunia menyebabkan Allah SWT, mengasihi dan memuliakan kepada kedua orang tuanya.
Hadirin Rahimakumullah
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، ولله الحمد
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajat kepada Allah agar diberi keselamatan dari segala ancaman, diberi kebaikan yang sempurna, kehidupan yang sejahtera dan kesempatan untuk berbakti sebaik-baiknya di hadapan Allah SWT.
Diberikan kemampuan untuk membina rumah tangga yang baik, yang menjadi tempat bernaung anak-anak yang shalih shalihah, taat beragama, berbakti kepada kedua orang tuanya dan bermanfaat bagi masyarakatnya. Amiin yaa robbal ‘alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ بِاَيَةِ القُرْأنِ الْكَرِيْمِ, وَنَفَعَنَا وَإِيَاكُمْ بِتِلاَوَتِهِ وَفَهْمِهِ وَبِحِفْظِ مَعَانِيْهِ العَظِيْمِ : أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3).
وَقُل رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّحِمِيْنَ.
الخطبة الثانية للعيد.
الله اكبر × 7
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمُنْفَرِدِ بِالدَّوَامِ . الْبَاقِي بَعْدَ فَنَاءِ الأَيَّامِ . الْمُوجِدِ لِلْخَلْقِ بَعْدَ الْعَدَمِ . الْمُفْنِي لَهُمْ بَعْدَ أَنْ ثَبَتَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الصُّحُفِ كَمَا جَرَى بِهِ الْقَلَمُ . الْعَالِمِ بِمَا انْطَوَتْ عَلَيْهِ أَسْرَارُهُمْ فِي الْحَالِ وَفِي الْقِدَمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ مُضْطَرٍّ إلَيْهَا عِنْدَ زَلَّةِ الْقَدَمِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَرْسَلَهُ إلَى أَكْرَمِ الأُمَمِ . وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
وَبَعْدُ . فَاتَّقُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الفَوَاخِشَ فَقَدْ فَازَ الـمُتَّقُونْ. قَالَ تَعَالَى فَهُوَ اَصْدَقُ القَائِلِيْنَ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ ، وأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ أَجْمَعِيْنَ ، وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .
أللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ ، الاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ أصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وِأَلِفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَاجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا الإِيْمَانَ ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا عَلَى دِيْنِ الاِسْلاَمْ ، وَانْصُرْنَا عَلَى عَدُوِّكَ ، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ ، بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ .
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
Drs. KH. M. Muhsin, MH
Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Batoro Katong Ponorogo