NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Ronggowarsito: Transformasi Sang Pujangga

Bagus Burham, yang kelak dikenal sebagai Ronggowarsito, adalah sosok yang penuh kontras. Lahir dari keluarga bangsawan, ia dikirim ke Pesantren Tegalsari untuk menimba ilmu agama. Namun, jauh dari sosok santri yang khusyuk, Bagus Burham justru dikenal sebagai pemuda yang nakal. Ia lebih tertarik pada kesenangan duniawi daripada menuntut ilmu agama.

Kisah kenakalan Bagus Burham di pesantren seringkali menjadi bahan cerita turun-temurun. Konon, ia seringkali melalaikan kewajibannya sebagai santri, lebih memilih berjudi dan bergaul dengan teman-teman yang tidak sejalan dengan nilai-nilai pesantren. Bahkan, ada cerita bahwa ia pernah melakukan tindakan yang tidak pantas di hadapan gurunya.

Perilaku Bagus Burham tentu saja membuat Kyai Ageng Besari, gurunya, merasa kecewa. Namun, sang kyai tidak menyerah begitu saja. Dengan kesabaran yang luar biasa, Kyai Ageng Besari terus membimbing dan memberikan nasihat kepada Bagus Burham.

Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan yang signifikan dalam diri Bagus Burham. Ia mulai menyadari kesalahannya dan menyesali perbuatannya di masa lalu. Bagus Burham kemudian tekun mempelajari ilmu agama dan sastra. Bakat menulis yang dimilikinya pun semakin terasah.

Setelah menyelesaikan mondoknya di Pesantren Tegalsari, Bagus Burham kembali ke Surakarta dan mengabdi di keraton. Di sana, ia menghasilkan karya-karya sastra yang sangat bernilai, seperti Serat Wedhatama, Serat Wulangreh, dan Serat Kalatidha. Karya-karyanya tidak hanya memiliki nilai sastra yang tinggi, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang relevan hingga saat ini.

Transformasi dari seorang pemuda nakal menjadi pujangga ulung yang dialami Ronggowarsito adalah sebuah kisah inspiratif. Kisahnya mengajarkan kita bahwa setiap orang memiliki potensi untuk berubah menjadi lebih baik. Meskipun pernah melakukan kesalahan di masa lalu, seseorang masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.

Terlepas cerita tutur diatas, pada tahun 2000-an penulis bersama Kyai Suyadi Ali (guru penulis) berziarah ke makam Ronggo Warsito di Klaten. Disana juru kunci makam menuturkan, cerita tutur yang berkembang tentang Ronggo Warsito ada yang benar dan ada yang perlu dikoreksi.

Menurutnya bulying sudah ada sejak jaman duku, Bagus Burham anak bangsawan kena buly oleh teman sesama mondoknya. Sering menyendiri dipinggir sungai Keyang, dan tempat menyendiri tersebut sampai kini sering dipakai orang bermunajat. Sampai ketika pergi dari pesantren menuju Madiun. Karena kasih sayang Kyai Ageng Besari dan kerabatnya yang ada di Madiun akhirnya balik ke Pondok Pesantren lagi.

Penulis: Nanang Diyanto

Jama’ah Thoriqoh Qodriyah wa Naqsyabandiyah an Nadliyah Sanad Kyai Imam Muhadi, LKNU, Perawat Kamar Operasi RSUD dr Harjono Ponorogo Penulis di Kompasiana.

 

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *