Hadratusy Syaikh KH. Muh. Hasyim Asy’ari begitu mendengar PANCASILA kala itu, beliau langsung merespon dan mohon petunjuk kepada Alloh SWT. Hadratusy Syaikh melakukan : puasa 3 hari, membaca Al-Fatihah sebanyak 350 ribu kali, sholat istikharah 2 raka’at. Di mana pada raka’at pertama baca Surat At-Taubah 41 kali, pada raka’at kedua baca Surat Al-Kahfi 41 kali. Setelah itu beliau mengatakan: “MAKA AKU RIDLO PANCASILA SEBAGAI DASAR PEREKAT BANGSA, DAN MENJADI IDEOLIGI NEGARA INDONESIA“.
Itu barangkali yang menjadi pijakan dan gambaran sikap Muassis NU dan nahdliyyin menyikapi setiap datangnya Peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Sehingga tidak salah jika Instruktur Nasional PKP-NU (Pendidikan Kader Penggerak NU) KH Mun’im DZ mengatakan, “Pada hakekatnya Pancasila itu Islam, karena itu kita wajib menegakkan Pancasila”.
Pancasila sudah sangat teruji menghadapi berbagai ujian dan tantangan di segala jaman. Dari jaman ke jaman, Pancasila selalu mampu membuktikan kesaktiannya. Yaitu mampu meredam gejolak, mampu menjadi lem perekat yang mempersatukan, serta mampu mengideologi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Ini menunjukkan betapa saktinya Pancasila. Hingga setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Sampai kapan pun kader nahdliyyin dan seluruh bangsa Indonesia berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam wadah NKRI.
Namun akhir-akhir ini, ada tantangan dalam menegakkan Pancasila. Yaitu sering munculnya kembali dua isme yang berhadap-hadapan, dan selalu menggoda saat memasuki bulan September-Oktober. Dua isme itu adalah : komunisme dan kapitalisme. Keduanya ingin menggoda dan membelokkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Nah, bagaimana seharusnya generasi muda nahdliyyin menyikapi hal tersebut?
- Kader nahdliyyin sekaligus sebagai kader bangsa WAJIB mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Sebagaimana moto kita selama ini : Siapa kita? NU. NKRI? Harga mati. Pancasila? Jaya.
- MENOLAK isme apapun yang akan menggantikan ideologi Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara. Karena pada hakekatnya nilai-nilai yg terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai Islam.
- Namun belakangan ini santer lagi muncul isu-isu akan bangkitnya kembali komunisme di Indonesia. Di mana isu tersebut harus disikapi secara PROPORSIONAL, tidak usah berlebihan. Karena sepanjang sejarah perjalanan bangsa, telah terbukti “kesaktian” Pancasila itu; tidak ada satu pun kekuatan yang mampu menghadang ataupun menggeser, apalagi menggantikan Pancasila sebagai ideologi negara.
- Namun yang harus kita waspadai adalah : adanya upaya pendangkalan pemahaman bagi generasi muda terhadap sejarah perjalanan bangsa Indonesia, pentingnya menjaga keutuhan NKRI, kebhinekaan yang tetap bersatu , dan pemahaman terhadap Pancasila itu sendiri. Jangan sampai generasi muda Indonesia tercerabut dari AKAR SEJARAH berdirinya bangsa ini. Semakin kuat Pancasila menghunjam dalam sanubari generasi muda bangsa, maka sekuat itu pula masa depan Bangsa Indonesia.
Drs. H, Fatchul Aziz, MA
(Ketua PCNU Kabupaten Ponorogo)