NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Tahun Baru 1443 Hijriah (2): Mapak Tanggal, Kenduri dan Do’a Bersama Tetap Lestari

Istighosah dan kenduri mapak tanggal 1 Muharram 1443 H di masjid Sunan Ampel Dukuh Krajan, Desa Mlarak
Istighosah dan kenduri mapak tanggal 1 Muharram 1443 H di masjid Sunan Ampel Dukuh Krajan, Desa Mlarak

NU Online Ponorogo – Mapak tanggal adalah tradisi menyambut bulan 1 Suro atau 1 Muharram (tahun baru Islam). Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat Ponorogo dalam menyambutnya, salah satunya adalah mengadakan kenduri. Untuk mengadakan kenduri masyarakat membawa takir ke musala atau masjid. Kenduri ini pada umumnya digelar setelah salat Maghrib mengiringi doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama dengan tujuan memohon keberkahan dari Allah SWT.

Beberapa masjid bersejarah di Ponorogo terpantau menggelar kenduri mapak tanggal bersamaan dengan do’a tutup dan awal tahun. Masyarakat sekitar masjid Kyai Imam Puro Sukosari (Babadan) salah satu diantara yang tetap mengadakan kenduri mapak tanggal, meski dalam suasana kondisi pandemi.

Khusnul Habib Ketua PR GP Ansor Sukosari menginformasikan, kegiatan malam 1 Muharram di masjid Kyai Imam Puro dilakukan para jamaah setelah salat asyar dan magrib. “Do’a doa akhir tahun dilakukan setelah salat asyar, dan ba’da maghrib doa awal tahun,” ungkapnya.

Do’a awal tahun, kata Habib, dirangkai dengan salat-salat sunah dan istighosah sampai Isya. “Setelah isya lanjut munajat kenduri bareng, ini juga menguri-nguri (melestarikan, Red) adat turun temurun,” tandasnya.

Suasana kenduri mapak tanggal yang cukup meriah juga berlangsung di masjid duwur Sunan Ampel Dukuh Krajan Desa Mlarak. Ahmad Sarbini Ketua LPPNU Cabang Ponorogo yang malam itu didaulat menyampaikan tausiyah dan ijazah do’a menjelaskan, rangkaian acara mapak tanggal dimulai setelah salat magrib berjamaah. “Setelah salat, dilanjut tausiyah ruhaniyah serta do’a bersama, hingga tukar tumpeng (nasi ambeng) antara jamaah dengan jamaah lainnya,” ungkapnya.

Dikatakan Sarbini, masjid duwur Sunan Ampel Mlarak, salah satu masjid tua yang didirikan 1919 silam ini hingga saat ini tetap menjaga tradisi mapak tanggal (1 Muharram). Di tengah tausiyah ia menyinggung generasi ke generasi sudah mengalami perubahan, seraya mengajak pada jamaah agar berhijarah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

“Karena bulan Muharram tahun ini bertepatan dengan bulan kemerdekaan (Agustus, Red), mari juga kita isi semangat berjamah, semangat gotong royong, membangun jiwa membangun raga, menjaga iman serta menjaga imun juga utama,” ajaknya.

Informasi yang diterima NU online Ponorogo dari Edi Suryono Sekretaris Dewan Instuktur PC GP Ansor Ponorogo, masjid Azzazul Muttaqin, sebuah masjid tua di Desa Kori (Sawo) tahun ini juga tetap menggelar acara mapak tanggal. Edi mengaku mendapat informasi dari salah satu akitivs GP Ansor di Desa Kori, di masjid itu jamaah sekitar menggelar kenduri dan tahlilan. “Informasi yang saya terima, di masjid Kori (Azzatul Muttaqin, Red) hanya mengadakan kenduri dan tahlil untuk mengirim doa untuk leluhurnya, tidak ada salat khusus,” kata Edi.

Namun, Edi juga mendapat informasi dari Parto warga Kori lainnya, bahwa kegiatan menyambut tahun baru hijriyah dijadikan satu dengan acara haulnya mbah Rahwin pada malam 15 Asura (Muharram, Red). Sekedar diketahui, mengikuti penjelasan Parto, mbah Rahwin adalah yang membuka tanah Gampeng sekaligus pendiri masjid Kori dan penyebar agama Islam di wilayah sawoo. “Beliau masih keturunan Batorokatong, juga termasuk Mursyid dan penyebar tarekat Syatariyah,” imbuh Edi.
“Jenis kegiatan salat isya’ berjamaah, dilanjut salat sunnah istighosah. Lalu ziarah ke makam mbah Rahwin dan do’a bersama, terus pindah ke serambi masjid untuk mengadakan kenduri bersama,” terang Edi mengulangi penjelasan Parto.

Di balik itu, masjid Batorokatong Setono (Jenangan) tahun ini memilih tidak menyelenggarakan kenduri karena alasan menghindari kerumunan yang berlama-lama. Meski begitu, do’a awal dan akhir tahun tetap dilakukan selepas salat maghrib. “Jama’ah terdiri dari orang tua, remaja dan anak-anak. Alhamdulillah mengikuti dengan khidmat hingga selesai. Namun yang biasanya ada jenang Suro dan berbagai makanan. Saat ini tidak ada kenduri dan makanan lainnya,” tandas Mulyono, salah satu pengurus Takmir masjid Batorokatong, Selasa (10/8).

Berbeda dengan lainnya, warga NU di Dusun Krisik Desa Wagir Lor (Ngebel) baru menggelar kenduri mapak tanggal, Selasa (10/8) sore. Menurut Sugito Sekretaris MWC NU Ngebel, acara itu digelar mulai pukul 15.00 di masjid Bairturridlo Krisik. “Rangkaian acara, do’a akhir tahun dan awal tahun, istighotsah
dan kenduri,” terangnya.

Sementara itu, informasi dari Juwarni aktivis LPBI NU Ponorogo, tinggal di Wates (Slahung) dan M. Mansur Kepala Desa Pulosari (Jambon), masyarakat di Desanya menggelar kenduri di rumah warga, banyak juga yang menggelar ritual keagamaan di masjid setempat.

Reporter : Idam
Editor : Budi

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *