Ponorogo NU Online – Kondisi pandemic covid-19 sejauh ini masih sulit diprediksi. Keadaan sangat fluktuatif, sehingga perubahan situasi dan kondisi tidak lagi dalam hitungan bulan atau pekan, tetapi sudah dalam tataran hari, bahkan mungkin dalam hitungan jam. Hal inilah yang menyebabkan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemangku kepentingan berubah-ubah menyesuaikan keadaan, utamanya kebijakan di bidang pendidikan. Satuan Pendidikan dituntut bisa meyikapi aturan-aturan yang diterbitkan oleh pemerintah dengan “tepat” dan “cerdas”. SMK Wahid Hasyim Ponorogo yang juga “terdampak” kebijakan pendidikan, berupaya optimal untuk dapat menyikapi kondisi pandemi ini dengan “tepat” dan “cerdas” pula.
“Di setiap satuan pendidikan, diwajibkan dibentuk Satuan Tugas (Satuan Tugas) Covid-19, yang dalam proses pembentukannya melibatkan tim verifikator dari Puskesmas yang berwenang memberikan rekomendasi layak atau tidaknya satuan pendidikan menjalankan fungsi pencegahan Covid-19. Sarat rekomendasi inilah yang dijadikan pertimbangan oleh sekretariat daerah memberikan “restu” kepada satuan pendidikan untuk melaksanan proses belajar-mengajar sesuai kondisi/status dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.” ujar Moh. Supingi, S.T, ustadz yang juga sebagai Ketua Satgas Covid-19 SMK Wahid Hasyim Ponorogo.
“Dulu, ketika pernah pemerintah memberikan ijin proses belajar-mengajar dengan tatap muka terbatas, Tim Satgas Penanggulangan Covid-19, betul-betul bekerja extra keras dan ketat, utamanya memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang seluk beluk Covid-19, dan alhamdulillah semua berjalan sesuai skenario”, imbuhnya.
Sebagai lembaga pendidikan di bawah LP Ma’arif NU, setiap kegitan apapun, merupakan suatu keharusan bahwa usaha lahiriyah dibarengi dengan usaha bathiniyah. “Sudah jamak dikalangan nadhliyin, bahwa usaha lahiriyah “dianggap” tidak afdol, jika tidak disokong dengan usaha bathiniyah/spiritual. Maka dari itu, SMK Wahid Hasyim Ponorogo telah lebih sepekan ini mencanangkan gerakan ODOTS (One Day One Thousand Sholawat’s). Tidak hanya warga nahdliyin, orang diluar NU pun mafhum akan keutamaan, pahala dan fadhilah sholawat. Nah, sebagai ajang latihan wirid, setiap hari secara kolektif Guru dan Karyawan diwajibkan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW minimal sebanyak seratus kali, dimanapun berada. Kemudian setelah selesai bersholawat mengisi list melalui group WA. Palig tidak manfaatnya untuk pribadi, kita memohon perlindungan kepada Allah SWT dari Covid-19 dengan lantaran sholawat ini”, jelas Gus Mustfidin, S.H.I , muharrik gerakan ini.
“Gerakan ODOTS ini terinspirasi dari Kegiatan Khotmil Qur’an yang lagi booming dimana-mana, yang di SMK Wahid Hasyim Ponorogo pekan lalu khatam yang ke-18 kali. Nah untuk ODOTS ini, secara bertahap jika istiqomah, akan dikembangkan ke peserta didik , sehingga ditingkatkan menjadi ODTTS (One Day Ten Thousand Sholawat’s), semoga Aamiin”, tambah Gus Mustafidin, S.H.I. (ihs)
Reporter : Imron HS
Editor: Budi H