NU Online Ponorogo – Di kalangan nahdliyin, ikhtiar dan do’a ibarat 2 mata uang yang saling terkait. Ikhtiar yang bersifat lahiriah, acapkali dibarengi dengan do’a dan ritual yang bersifat batiniah. Tak terkecuali di bidang pertanian. Upaya untuk membasmi hama sebagai musuh utama petani juga dilakukan melalui 2 cara, ikhtiar dan do’a.
Sabtu (31/10) kemarin, Lembaga Pengembangan Pertanian Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo meggelar ijazahan Tolak Hama dalam acara Ngaji Tani di Pondok Pesantren Ainul Ulum, Pulung, Ponorogo. LPP PCNU Ponorogo menghadirkan Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Luqman Harits Dimyati At-Tarmasi asal Pacitan. Turut hadir dalam acara itu jajaran pengurus MWC NU Pulung, para pejabat Forpimka serta utusan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo.
“Ijazahan ini merupakan ikhtiar batiniah melalui do’a yang diwujudkan dalam bentuk ritual dan rajah. Ini bentuk komitmen kami (LPP PCNU Ponorogo, Red) kepada para petani nahdliyin,” kata Ahmad Sarbini, Ketua LPP PCNU Ponorogo.
Ahmad mengaku kerap mendapat curhatan dari para petani. Mereka seperti kewalahan menghadapi serangan hama. Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya menggunakan obat-obatan kimia. Padahal, penggunaan obat-obatan kimia bisa membahayakan keselematan petani dan lingkungan. Misalnya obat untuk menghadapi wabah tikus yang bisa menyebabkan kematian petani.
Karena itu, acara ijazahan seperti ini sangat ditunggu-tunggu para petani. Akan tetapi, LPP PCNU Ponorogo terpaksa harus mengikuti protokol kesehatan selama masa Pandemi Covid-19 dengan membatasi jumlah peserta. “Sementara ini kami fokus pada kelompok tani dulu. Ada 40 peserta yang ikut,” terangnya.
Sebelum memimpin doa dan memberikan ijazah, KH. Luqman Harits Dimyati atau yang akrab dipanggil Gus Luqman mengingatkan, bahwa pertanian merupakan sektor strategis bagi bangsa ini. Pertanian bahkan diyakini sebagai penyangga utama keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. βIkhtiar menjaga keberlangsungan pertanian tidak hanya mengandalkan pestida untuk melawan hama, tapi juga harus ada ikhtiar batin,β tutur Gus Luqman.
Usai memberikan ijazah, Gus Luqman mengajarkan ritual yang harus dilakukan petani. Diawali dengan menulis rajah berisi Ayat Kursi dan Surat Al-Insyirah di atas media piring. Lalu dibacakan do’a dan Al-Fatihah, kemudian disiram dengan air perlahan-lahan sembari mengusap rajah sampai hilang. Selanjutnya, air bekas siraman tersebut disemprotkan di setiap sudut lahan sembari menabur campuran garam, pasir dan abu dapur yang sudah dimantera dengan do’a-do’a.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ainul Ulum, Gus Subhan, mengaku senang dengan acara tersebut. “Acara ini bermanfaat tidak hanya untuk para petani. Tapi juga untuk pondok, karena dapat silaturohmi dengan wali santri dan masyarakat tani. Kebetulan, hampir semua wali santri itu ya petani,” kata Gus Subhan.
Reporter : Idam
Editor : Lege