NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Dikawal Malaikat, Saat Relawan LPBI NU Ponorogo Antar Jenasah Covid-19 ke Cepu

Meski diluar zona kewenangan wilayah, relawan LPBI NU Ponorogo siap menjalankan perintah
Meski diluar zona kewenangan wilayah, relawan LPBI NU Ponorogo siap menjalankan perintah

NU Online Ponorogo – Siang itu Jum’at Wage (6/8), pukul 13.00 WIB umat muslim baru saja usai mengikuti sholat Jum’at.

Sebuah kabar duka datang dari RSU Delopo-Madiun. Salah satu anggota Tim NU Care Pasien Covid-19 PCNU Ponorogo menginformasikan butuh bantuan. “Duluurrr….Nyuwun tulung ini ada pasien mboten enten sing ngantarkan, dan minta tolong ke kita,” kata Pak Mantri Santoso via pesan di w.a di group. Alasannya, RSU Delopo sudah tidak mampu mengupayakan.
Tidak berselang lama, info itu langsung ditanggapi dengan nada dingin.
“Maksudnya pie Kang, Tim ini judulnya Pemulasaraan jenasah, bukan menangani orang hilang,” jawab Farchan setengah kelakar.

Karena menurutnya, permintaan tolong yang dimaksud salah sasaran/salah kamar. Seyogyanya kata dia, kalau menyangkut kasus kedaruratan bisa langsung hubungi PSC 119.
Obrolan di group mulai terasa ada sedikit miss.

“Iya, saya paham itu tugasnya melebar…., tapi ini juga kasus covid, dan Rumah Sakit Delopo hanya sanggup melakukan Pemulasaraan saja tapi tidak bisa ngantar, kasian,” jelas Mantri Santoso lagi.

Obrolan langsung disambung Pak Dhe Dodik yang mencoba memahamkan. “To the poin mawon, misalkan butuhnya mengantar jenasah, ke alamat mana dan bisa menghubungi siapa?,” tegasnya.
Dijawab oleh Mantri Santoso, yang intinya minta tolong mengantarkan jenasah covid-19 dari RSU Delopo- Madiun ke Cepu. “Berarti jenasah sudah dimandikan dan dimasukkan peti ya Kang?,” tanya Kang Farchan penasaran.
Dijawab Santosa, jenasah saat ini masih proses Pemulasaraan. Dan yang dibutuhkan mobil Ambulance, driver, tim pengantar berapa orang, ijab qobul juga harus jelas, apakah cuma diantar ke rumah duka di Cepu atau tim juga ngantar ke kuburan. “Sampai kuburan tim langsung balik Ponorogo atau menunggu tim pemakaman, mohon diperjelas,” tanya Farchan lagi.
Dan dijawab Mantri Santosa butuhnya Ambulance, driver satu orang serta satu anggota Banser.
Tanya jawab di group akhirnya ada titik temu/deal.
Alhamdulillah sudah jelas permintaan dari RS Delopo-Madiun
Tapi, masalah kembali muncul.
“Mohon info, untuk permintaan satu Banser menghubungi sinten nggih?,” tanya Santosa lagi.
“Lha njenengan khan Mantri merangkap anggota BANSER?” sergah Kang Farchan.
“Lintune mawon menawi saget,…andom gawe”, tolak Mantri Santosa halus.

Solusi yang seharusnya kelar, kembali blunder. Karena tempat Pemulasaraan jenasah ada di wilayah Madiun yang sebenarnya lebih mudah jika ditangani instansi terkait di wilayah Madiun.
Tapi, rasa ego mengalahkan otoritas wilayah. “Maaf, ini kesempatan kita untuk promosi keberadaan Banser kita,” sela Mantri Santoso bangga.

Relawan LPBI NU antar jenasah covid-19 atas nama My.Martini alamat Ngrupit- Cepu
Relawan LPBI NU antar jenasah covid-19 atas nama My.Martini alamat Ngrupit- Cepu

Akhirnya muncul usulan bijak dilontarkan Agus Khoirul Hadi, ketua tim pelaksana NU Care Pasien Covid-19 PCNU Ponorogo.

“Kasus ini bisa kita jadikan pengalaman tim NU Care, bahwa untuk penanganan selanjutnya harus satu pintu melalui contak person yang dirujuk RS Muslimat. Karena tim kita dalam penanganan jenasah tetap ada di bawah komando RSU Muslimat. Semoga untuk selanjutnya bisa tambah mantap dalam berhidmat,” usul Agus Khoirul Hadi, mencoba bijak.

Terkait mencari bantuan instansi di wilayah Madiun ternyata telah dicoba koordinasi. Namun dengan Rumah Sakit lain, ternyata kendalanya Ambulance semua terpakai. Waktu terus berlalu, menunjuk pukul 15.30 wib tapi belum juga ada kejelasan hasil.

Masalah masih berkutat soal relawan Banser yang siap berangkat ke Cepu. “Monggo didiskusikan langsung sama Komandan Jabrik atau Komandan Novi bila memang memungkinkan untuk mengawal ini. Bila belum ada yang siap tidak perlu dipaksakan, karena memang Tim NU Care Pasien Covid-19 PCNU Ponorogo baru terbentuk dan masih untuk konsentrasi pada wilayah Pemulasaraan dulu yang bekerjasama langsung dengan RSU Muslimat yang kita fix kan dengan perjanjian kedepannya nanti.
“Monggo kita bisa musyawarahkan di sini Pak Mantri, nanti Pak ketua, juga Bu Direktur bisa memberi petunjuk pada kita semua dalam melangkah,” tandas Kang Farchan.

Sementara masih menunggu saling lempar bola antara Banser atau LPBI NU yang siap berangkat.
“Kami relawan sama dengan pasukan, pokok siap grak dan manut perintah”,tegas Sudarsono/Jabrik ( Dan Satkorcab Banser) meyakinkan. Sudah hampir 2 jam obrolan di group belum juga Klir.

“Monggo Gus Novi atau Ndan Jabrik diputuskan, njenengan biasane sat set wat wet, niki empun angsal Pangestu saking Ketua,” ujar Direktur RSU Muslimat NU. Soal ambulance dia siap mengusahakan agar menghubungi Mbak Ayik untuk mengatur dan koordinasi dengan ketua tim RSU Muslimat.

“Jadi ini adalah pengantaran jenasah covid-19 ke Cepu. Pembiayaan transport dan petugas sudah ada tarifnya. Hubungan dengan pihak Dinkes Cepu bagaimana supaya tidak terlalu lama menunggu,” tegas dr. Andy Nurdiana.

Begitu ada kejelasan, tinggal yang benar-benar ber jiwa sosial besar ada pada para relawan Banser dan LPBI NU. Tapi lagi- lagi antara kedua ketua relawan NU itu masih terkesan ewuh pakewuh. Akhirnya, Sudarsono/Jabrik berdalih masih ada tugas Pemulasaraan jenasah covid di RS Darmayu.
Jadinya Novi yang harus menyiapkan tim nya berangkat ke Cepu.

“Monggo Mas Novi, jenasah sudah siap dan selesai Pemulasaraan,” terang Mantri Santoso.
Karena driver RSU Muslimat tidak siap, jadilah satu orang sebagai driver dan satu lagi ikut mendampingi jenasah di ruang belakang. Tidak kebayang, perjalanan ke Cepu lumayan jauh, dan mereka harus memakai Hazmat ( APD) yang berat karena bawa jenasah covid-19. Lumayan penuh perjuangan. Disepakati, Alif sang driver dan Kang Gareng mendampingi jenasah di belakang

Waktu sudah pukul 18.30 wib. Usai persiapan diri masing-masing berangkatlah mereka memakai ambulance RSU Muslimat, menjemput jenasah ke RS Dolopo- Madiun.
“Bismillah, moga kuat selamet nyampai Cepu dan balik ke Ponorogo” ucap Alif dan Gareng berdoa sekenanya.

Sebelum berangkat, kedua relawan LPBI itu mengaku sama sekali belum tahu Cepu. Karenanya mereka sempat digojloki teman relawan lainnya. “Tak kira Cepu itu salah satu desa di Cekok- Babadan”, ungkap Kang Gareng yang disambut gelak tawa teman- teman relawan. Bawa amunisi seadanya hanya sebotol minuman untuk bekal di perjalanan serta jiwa peduli yang tinggi, sebagai modal mereka berdua.

Sampailah di RSU Dolopo – Madiun. Rupanya ada dua orang anggota keluarga jenasah yang ikut numpang di Ambulance. Di hati Alif dan Kang Gareng sedikit plong. Paling tidak untuk menyusuri jalur ke Cepu tidak kesasar karena dipandu keluarga jenasah.

Malam semakin larut, Ambulance melaju cepat menembus arah Ngawi, Bojonegoro. Sesuai petunjuk Google, perjalanan jika lewat tol bisa ditempuh 2 jam 45 menit, sedangkan tanpa tol bisa ditempuh 2 jam 40 menit.

“Serasa dikawal malaikat, tepat pukul 20.00 wib, kita sampai di lokasi,” ujar Alif sang driver.
Padahal berangkat pukul 18.30 diperkirakan pukul 21.20 wib akan sampai lokasi, ternyata satu jam lebih cepat.

“Cuma waktu pulangnya agak kesasar, karena memang belum hafal jalur, serta kondisi sudah capek dan ngantuk. Makanya sampai pulang Ponorgo pukul 24.00 wib,” ungkap Alif.
Bisa dibayangkan, kepedulian serta faktor kemanusiaan yang luar biasa, hanya belajar nyetir secara otodidak seorang Alif mungkin satu dari sekian banyak relawan siap berjuang di dunia sosial dan kemanusiaan.

Reporter/ Editor : Budi

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *