NU Online Ponorogo – Nahdlatul Ulama (NU) terus berikhtiar untuk mengakhiri masa Pandemi Covid-19. Dari ikhtiar lahiriah, hingga batiniah. Secara lahiriah, NU sangat aktif melakukan penyemprotan desinfektan, membagikan masker dan hand sanitizier, serta taat memberlakukan protokol kesehatan. Dari sisi batiniah, gerakan membaca wirid dan do’a merebak di mana-mana.
Usai menggelar pembacaan wirid Do’a Pagar Bumi yang dimotori Gerakan Pemuda Ansor, kini giliran para guru yang melakukan gerak spiritual. Sabtu (24/10) malam kemarin, Pengurus Cabang Persatuan Guru NU (PC Pergunu) Ponorogo menggelar acara Kenduri Tolak Bala’ dan Bedah Pemikiran Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Acara digelar di Aula Kantor PCNU Ponorogo Jalan KH Ahmad Dahlan 60 Ponorogo.
“Kami selaku guru sudah sangat merindukan suasana pembelajaran kembali normal. Untuk itu, malam ini kita memanjatkan doa tolak bala, semoga Allah segera mencabut pandemi ini,” tutur Mukhtar Wahid, S.Pd.I, Ketua PC Pergunu Ponorogo, saat memberikan sambutannya.
Turut hadir Wakil Rais PCNU Kyai Hanif Abdul Ghofir, Katib PCNU Kyai Romadhon Fauzi, Wakil Rais PCNU, serta jajaran pengurus PC Pergunu. Acara kenduri diawali dengan pembacaan sholawat yang dipimpin ustaz Kholid, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang dipimpim Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatutthulab Kyai Imadul Ab, serta ditutup dengan do’a dari Kyai Romadlon Fauzi.
Usai bermunajat, acara berikutnya adalah bedah pemikiran Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. “Kami para guru ini butuh penyegaran komitmen ke-NU-an. Khususnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Karena itulah kami membedah pemikiran Mbah Hasyim yang terkait dengan keguruan. Kita tahu bahwa sosok Mbah Hasyim sangat tepat untuk dijadikan sebagai referensi,” tegas Mukhtar.
Untuk membedah pemikiran Mbah Hasyim, PC Pergunu menghadirkan 2 orang nara sumber. Yaitu Kyai Hanif Abdul Ghofir dan Pembantu Ketua I Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo Dr. Asvin Abdurrahman, M.Ag.
Dalam paparannya, Kyai Hanif yang lebih akrab disapa Gus Hanif ini lebih menyoroti pada kepribadian Mbah Hasyim. Menurutnya, seorang guru harus memiliki kepribadian yang bisa diteladani sebagaimana sudah dicontohkan Mbah Hasyim. “Mbah Hasyim itu guru sekaligus kyai panutan. Kepribadiannya luar biasa dan konsisten,” terang kyai yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darun Najah, Jalen, Mlarak.
Sosok Mbah Hasyim, lanjutnya, adalah cerminan pribadi yang memiliki komitmen tinggi terhadap keilmuan. Meski memiliki keilmuan yang luas dan mendalam, Mbah Hasyim selalu mengedepankan penghargaan atas perbedaan pendapat. “Mbah Hasyim sangat konsisten menghargai perbedaan. Ketika berbeda pendapat dengan orang lain, beliau tetap bersikap menghormati. Beda dengan orang sekarang, mereka malah suka mencari perbedaan,” tegasnya.
Gus Hanif mengaku sangat mengagumi sosok Mbah Hasyim. Selain yang sudah disebut, Mbah Hasyim juga selalu menjaga sanad keilmuan, sebuah tradisi keilmuan yang selalu dijaga para ulama. Mbah Hasyim juga dikenal sangat rajin beribadah. “Ruhaniyahnya tertata betul, sehingga doanya sangat mustajab seperti ulama-ulama terdahulu,” pungkasnya.
Sementara narasumber kedua, menyorot sisi epistemologi dari karya-karya Mbah Hasyim. Pemikiran Mbah Hasyim, kata Dr Asvin yang kerap dipanggil Gus Asvin, sangat epistemologis. Khusus terkait dengan masalah pendidikan dan pengajaran, Gus Asvin menyodorkan satu karya Mbah Hasyim yang sangat familiar di kalangan pesantren. Yakni kitab Adab al ‘Alim wal Muta’allim yang banyak mengupas etika baik guru maupun murid.
“Etika guru menurut Mbah Hasyim, harus berdasar pada spirit mencari ridla Allah, agar meraih kebahagian dunia akhirat. Yang diperlukan guru adalah memberi tauladan kepada murid, sehingga murid termotivasi untuk mencontoh gurunya,” terangnya.
Yang lebih penting lagi, kata Gus Asvin, Mbah Hasyim menawarkan adanya struktur ilmu. Bahwa ilmu itu bertingkat dan harus disesuaikan dengan perkembangan intelektual murid. “Ilmu harus diberikan secara runtut, sesuai perkembangan intelektual anak dan tidak mengorientasikan ilmu untuk mendapatkan keuntungan keduniaan semata,” tegasnya.
Sebagai penutup diskusi, Sekretaris PC Pergunu Ponorogo selaku moderator acara menggarisbawahi perlunya mengadakan diskusi lanjutan untuk membedah pemikiran Mbah Hasyim di bidang ilmu dan pendidikan. Rangkaian acara malam itu dipungkasi dengan menyantap nasi tumpeng bersama-sama.
Reporter : Idam
Editor : Lege