Penetapan tanggal 22 Oktober menjadi Hari Santri merupakan momen khusus bagi bangsa Indonesia. Konsep substantif “santri” ke dalam hari besar nasional untuk perayaan momen heroik tersebut tidak lepas dari peranan santri dalam perjuangan nasional kala itu. Yakni keluarnya fatwa Resolusi Jihad dari KH. Hasyim Asy’ari (Pengasuh Pesantren Tebu Ireng Jombang) setelah adanya komunikasi intens dengan Presiden Soekarno.
Atas dasar konteks itulah, Gerakan Pemuda Ansor Ponorogo mempunyai tanggung jawab penuh untuk mengisi Peringatan Hari Santri 2020 ini dengan memperluas nilai kemanfaatan dan kebajikan umum yang diteladankan oleh santri kepada seluruh komponen bangsa dan negara ini. Ditengah pandemi yang belum berakhir, GP Ansor terpanggil untuk mengisi Hari Santri kali ini dengan gerakan spiritual sebagai penyeimbang ikhtiar lahir menghadapi pandemi.
Dengan mengangkat tajuk “Kirab 100 Ribu Doa Pager Bumi KH. Hasyim Asy’ari”, giat ini akan diselenggarakan di dua puluh satu kecamatan selama 9 hari, mulai 13 sampai dengan 22 Oktober 2020. Kirab ini akan diisi serangkaian acara “Mengarak Pusaka Leluhur Tegalsari” sebagai bentuk pelestarian budaya lokal.
Terpilihnya Tegalsari menjadi agenda kirab bukan tanpa alasan. Dari berbagai literatur, Pondok Tegalsari merupakan salah satu pondok tertua. Salah satu ulama jebolan Pondok Tegalsari ialah KH. Abdul Manan pendiri Pondok Tremas. Yang mana beliau menyelesaikan masa belajarnya di Pondok Tegalsari, Ponorogo pada tahun 1830. Dan KH. Hasyim Asy’ari pun pernah nyantri di Tremas.
Mengingat segala bentuk kegiatan harus mengedepankan protokol kesehatan, makanya kegiatan ini dibuat estafet untuk menghidari kerumunan. Sebagai bentuk kebersamaan, berbagai stakeholder dan elemen turut dihadirkan. Mulai dari Forpimka, Jaringan Perangkat Desa NU, Jaringan MADIN, Sekolah dilingkup Ma’arif NU, Ansor Banser, Pondok Pesantren, dan NU beserta seluruh lembaga dan badan otonomnya. Ini mengingatkan waktu KH. Hasyim Asy’ari bahu membahu dengan berbagai elemen dalam menggelorakan Resolusi Jihadnya.
Kirab estafet ini akan dimulai dari Kecamatan Pudak, menuju Kecamatan Sooko, lalu Kecamatan Pulung, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Siman, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Jetis, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sambit, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Babadan, dan berakhir di Kecamatan Ponorogo.
Peserta kirab akan melantunkan Doa Pager Bumi (Li khomsatun Uthfi biha) di sepanjang perjalanan sekaligus ziarah ke makam ulama di tiap kecamatan. Tak lupa silaturahmi ke berbagai Pondok Pesantren turut diagendakan sebagai bentuk takdzim santri kepada kyai.