NU Online Ponorogo – Begini jadinya jika silaturrahmi para pimpinan lembaga PCNU ke kediaman para pimpinan struktural PCNU, Rabu (19/5) lalu. Suasana tidak lagi formalitas saling memaafkan dan doa bersama seperti lazimnya silaturrahmi di hari raya Idul Fitri. Tuan rumah dan para tamu terlibat dalam perbincangan yang kental dengan nuansa organisatoris.
Dimulai dari kediaman ketua PCNU H. Fatchul Azis, MA rombongan para ketua lembaga berusia muda ini sudah terlibat pada pembahasan obat alternatif pencegahan covid-19.
Perbincangan lebih serius saat berada di kediaman Sekretaris PCNU Dr. H. Luthfi Hadi Aminudin, M.Ag. Di sana topik pembicaraan hangat seputar upaya Pemkab Ponorogo mengakselerasi pembelian hasil panen padi petani yang dibebankan kepada ASN.
“Harga jual padi petani kita menurun, juga ada kesulitan menjualnya, maka harus ada upaya membeli hasil panen mereka melaui campur tangan Pemkab,” ujar Ahmad Sarbini ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU).
Pernyataan Sarbini disanggah Budi Hermawan ketua LTN NU. Baginya, harus ada pemilahan sasaran ASN yang dipotong gajinya untuk dirupakan beras dari petani.
“Tidak semua ASN dengan pangkat golongan II layak dipotong gajinya untuk beli beras,” sergah Budi.
Adu argumen berakhir saat tuan rumah mengajak makan malam.
Perbincangan mengenai nasib padi petani berlanjut di kediaman Rais PCNU KH. Moh. Sholihan al-Hafidz di komplek pesantren Nurul Qur’an Pakunden. Namun kiai Sholihan lebih tertarik kepada wacana zakat produktif.
“Pentasyarufan (pemberian, Red) zakat lebih dirupakan modal kerja bagi mustahik (orang yang berhak menerima zakat, Red),” ungkapnya.
Saat berada di kediaman Wakil Rais PCNU K. Hanif Abdul Ghofur, zakat produktif kembali mengemuka.
Gus Hanif, sapaan akrab pengasuh Ponpes Darunnaja Jalen ini menegaskan tujuan zakat adalah mengentaskan kemiskinan.
“Diharapkan setelah diberi modal si mustahik tidak lagi menerima zakat tahun depannya, karena ia telah berpenghasilan dari kerja yang modalnya dari zakat,” tandas Gus Hanif.
Gus Hanif juga menyinggung pentingnya memperbaiki materi madrasah amil yang dilaksanakan Lazisnu. Menurutnya, materi madrasah amil lebih ditekankan pada pembekalan para amil agar mampu mengelola zakat produktif.
“Karena kewajiban muzakki selesai ketika zakat sudah diserahkan kepada amil. Nah, Amil punya wewenang untuk mengelolanya menjadi zakat produktif,” tegas Gus Hanif.
Reporter : Idam
Editor : Budi