
NU Online Ponorogo – Haul para masyayikh Pondok Pesantren Al-Bukhori, Mangunan, Tulung, Sampung, berlangsung khidmat, Ahad (25/5/2025). Acara dipusatkan yang dipusatkan di halaman SMP/SMK Sunan Kalijaga ini diisi dengan mauidhah hasanah oleh KH. Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) dari Yogyakarta. Penampilannya berhasil memukau ribuan jamaah dengan ulasan sejarah, hikmah dakwah, dan pentingnya mengenang jasa para ulama pendahulu.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq menyampaikan bahwa haul bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momentum penting untuk mengenang jasa para muassis (pendiri) pondok dalam menyebarkan Islam di wilayah setempat. “Kalau tidak ada haul, masyarakat akan lupa dan tak tahu siapa yang dulu mengajarkan Islam di daerah ini,” ujarnya.
Ia menghubungkan pentingnya mengenal ulama dengan mengenal para wali yang menjadi perantara dakwah Islam di tanah Jawa. Dengan gaya khas dan analogi yang mudah dipahami, Gus Muwafiq mengibaratkan tawassul seperti wifi gratis bagi yang tidak punya paket data. “Bagaimana bisa yakin terhadap perantara doa kalau kita tidak mengenal siapa dia. Maka mengenal wali itu penting untuk meyakinkan diri kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Gus Muwafiq mengulas konteks dakwah para nabi dan ulama dalam situasi zaman dan budaya yang berbeda. Ia mencontohkan, Nabi Muhammad melakukan kurban dengan unta. Namun jika diterapkan di Indonesia saat ini, kurban unta tidak akan bisa. “Kalau kurban unta di sini, bisa ditangkap polisi karena unta cuma ada di kebun binatang,” celetuknya disambut tawa riuh jamaah.
Melalui haul ini, masyarakat diajak tidak hanya mengenang, tetapi juga meneladani nilai perjuangan, keilmuan, dan akhlak para ulama terdahulu. Pesan kuat dari Gus Muwafiq mengajak umat Islam untuk terus menjaga silsilah keilmuan dan sanad dakwah agar tetap tersambung dengan ajaran Rasulullah melalui para pewarisnya: para ulama.
Kontributor: Sahabat Media LTN