NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Spirit 135 Digdaya NU (2)

Ilustrasi Digdaya NU

3 Aksi
Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf beserta seluruh jajarannya seringkali menyampaikan pentingnya melaksanakan 3 konsolidasi. Yaitu Konsolidasi Tata Kelola, Konsolidasi Agenda, dan Konsolidasi Sumber Daya. Ketiga hal itu, tentunya, merupakan konklusi sekaligus jawaban atas tantangan jaman berdasarkan skala prioritas.

Aksi pertama adalah Konsolidasi Tata Kelola. Ini pilihan strategi yang sangat briliant untuk dijadikan starting point dalam menata organisasi. Dan manifestasi utama dari Tata Kelola adalah rule (aturan, Red). Ibarat sebuah bangunan, maka aturan adalah pondasinya. Dalam teori konstruksi, pilihan pondasi hanya ada 2 : pondasi dangkal atau pondasi dalam. Pilihan ini akan menentukan peruntukan dan model bangunan yang diinginkan.

Merujuk pada cita-cita luhur NU, maka tidak mungkin menggunakan pondasi dangkal yang hanya bisa ditumpangi bangunan sekelas rumah atau ruko. Pilihannya adalah membuat pondasi dalam. Dengan harapan bisa membangun gedung pencakar langit yang menjulang tinggi sebagaimana spirit dalam Digdaya. Sebuah organisasi yang kuat dan tangguh dalam menghadapi segala macam tantangan jaman.

Maka Qonun Asasi, AD/ART dan amanah Muktamar tidaklah cukup untuk menopang segala dinamika di NU. Perlu rekayasa pondasi dengan menambahkan tiang pancang (pile foundation), baik berupa point bearing pile maupun friction pile. Dari filosofi ini, lahirlah sejumlah Peraturan Perkumpulan yang dihasilkan melalui forum Konferensi Besar (Konbes). Ingat, tantangan terbesar NU adalah melakukan transformasi dari organisasi tradisional menuju organisasi modern.

Aksi kedua adalah Konsolidasi Agenda. Ini tidak kalah penting. Setelah rekayasa pondasi selesai, maka tahap berikutnya adalah merancang bangunan di atasnya. Di fase inilah, dibuat rancangan jumlah lantai/tingkat, kamar, ruang terbuka, lengkap dengan peruntukannya masing-masing. Termasuk menentukan warna cat, ornamen, dekorasi, furniture, dan lain sebagainya. Jika semua hal ini bisa diselaraskan, maka akan menjadi sebuah bangunan estetik yang punya nilai kemanfaatan yang tinggi.

Dalam konteks NU, konsolidasi agenda memang perlu dan harus segera dilakukan. Mengingat, NU adalah organisasi dengan jumlah anggota terbesar di dunia. Dan, warga NU memiliki kebanggaan dan loyalitas yang tinggi, sehingga dinamikanya dalam ber-NU sangat luar biasa. Sayangnya, ibarat pasar malam, masing-masing pengurus di semua tingkatan memiliki agenda sendiri-sendiri yang belum tentu saling terkait. Mereka ber-NU ala mereka sendiri, karena memang belum ada arahan.

Konsolidasi Agenda ini, kata Gus Ketum, diarahkan untuk melayani jama’ah dengan perspektif yang aktual. Artinya, harus berdasarkan identifikasi atas kebutuhan untuk memenuhi hajat jama’ah. NU sebagai satu kesatuan organisasi diharapkan bisa merancang agenda sistemik dan melakukan gerakan berbasis realitas kebutuhan jama’ah. Dan, agenda ini harus dikonsolidasikan agar bisa koheren. Artinya, program kerja itu haruslah menuju pada cita-cita, tujuan dan target yang sama. Istilahnya Gus Ketum adalah koheren, saling terkait untuk menuju titik yang sama.

Inilah jawaban atas discource di kalangan para aktivis NU selama beberapa tahun terakhir. Yaitu menentukan pilihan antara menjam’iyahkan jama’ah atau menjamaahkan jam’iyah. Dalam bahasa sederhana, menjam’iyahkan jama’ah berarti menuntut loyalitas dan pengorbanan semua jama’ah untuk NU. Sementara menjama’ahkan jam’iyah lebih berorientasi pada penekanan kepada pengurus agar bisa menjadikan jam’iyah NU sebagai pelayan atas kebutuhan riil jama’ah.

Pilihan untuk menjama’ahkan jam’iyah, memang sangat sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin egosentris seperti sekarang. Hari ini, hampir semua organisasi dihadapkan pada situasi untuk bisa memberikan kontribusi riil kepada anggotanya. Jangankan organisasi besar, sekelas ta’mir masjid saja sekarang sudah berlomba-lomba melayani jama’ahnya melalui beragam program. Misalnya, makan siang gratis setelah sholat jum’at, uang jajan untuk anak-anak yang ikut jama’ah sholat shubuh, bazar sembako murah, dan sebagainya. Bahkan ada yang melayani kredit tanpa bunga dan tanpa agunan bagi pelaku UMKM.

Aksi terakhir, adalah Konsolidasi Sumber Daya (resources). Meliputi Sumber Daya Manusia (human) dan Sumber Daya Materi (financial). Setelah penataan pondasi dan bangunan selesai, tahap berikutnya adalah menata SDM. Dalam konteks ini, dawuh Kanjeng Nabi cukup relevan untuk dijadikan rel: idzaa usnidal amru ilaa ghairi ahlihi fantadhiris saa’ah (Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya). Pakar manajemen menyebutnya dengan istilah the right man on the right place.

Dari sisi spek, NU itu seperti toserba (toko serba ada). Dari yang ahli baca kitab kuning sampai pakar Haskell (bahasa pemrograman paling rumit), ada di NU. Dari pendekar pencak sampai virologist (ahli virus), juga ada di NU. Dari penabuh kompang sampai penggebuk drum yang sanggup memainkan lagu-lagunya Led Zeppelin, ada di NU. Istilah kyai kampung dulu, dari qori’ sampai korak, semua ada di NU. Di sinilah dibutuhkan kejelian dalam membaca skill kader untuk selanjutnya ditempatkan pada posisi yang tepat.

Selain mempersiapkan manusianya, hal yang tidak kalah pentingnya adalah soal pendanaan. NU bukanlah pemerintah yang, mohon maaf, ibarat kata tinggal duduk diam saja sudah pasti ada pemasukan. Mau tidak mau, NU harus punya rumusan strategi fundraising yang progresif.

Dalam hal fundraising, Gus Ketum sudah memberikan rambu-rambu ; harus bersifat independen dan sustainable (berkelanjutan). Independen dimaknai sebenar-benarnya dalam pengertian bahwa sumber pendanaan berasal dari hasil usaha, bukan donasi. Karena donasi, dari manapun asalnya, dianggap masih ada keterkaitan subyektif dengan donatur. Dengan 2 rambu tersebut, maka tidak ada pilihan lain selain bahwa NU harus memiliki badan usaha sebagai sumber keuangan yang utama.

Jika 3 Aksi di atas diimplementasikan, maka NU akan menjadi organisasi yang betul-betul digdaya. Sudah siapkah, Anda? Bismillaah…bi idznillah !!!

bersambung…

Oleh: H. Agus Nasruddin, ST
Sekretaris PCNU Ponorogo

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1446 H