NU Online Ponorogo – Pengurus Idaroh Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) harus diisi murid yang memang ditugaskan oleh mursyidnya masing-masing. Demikian salah satu poin rekomendasi hasil pertemuan Idaroh Syu’biyah Jatman Korwil II Madiun Raya yang digelar Sabtu (16/10) lalu. Poin rekomendasi ini nantinya akan diperjuangkan sampai ke tingkat pusat.
Hal ini ditegaskan Wakil Sekretaris Idaroh Syu’biyah Jatman Ponorogo Ustadz Noor Abidin kepada NU Online Ponorogo. “Sesuai arahan dari Kyai Ngadiyin selaku Mudir Wustho Jatman Jatim. Beliau menekankan bahwa pengurus idaroh haruslah merupakan penugasan dari mursyid kepada murid. Jadi harus ada semacam rekomendasi dari mursyidnya. Ini untuk menghindari hal-hal yang kurang sesuai dengan tujuan,” terangnya.
Ustadz Noor Abidin mengatakan, sinergisitas antara Jatman sebagai jam’iyyah dengan jama’ah thoriqoh sangat diperlukan. Sebagaimana dicontohkan Rois Majelis Ifta’ Wal Irsyad sekaligus Rois Aam Ifadliyah Idaroh Aliyah Jatman Habib M. Luthfi Ali bin Yahya, yang sangat intens membangun komunikasi dengan para mursyid. “Beliau sangat rajin mengadakan halaqah dengan para mursyid,” tegasnya.
Pertemuan digelar di kediaman KH. Muh Nasruddin di Mranggen, Maospati, Madiun. Masing-masing pengurus Idaroh Syu’biyah se-Madiun Raya mengirimkan 4 utusan. Idaroh Syu’biyah Jatman Ponorogo diwakili KH. Mahfudz Asy’ari (mudir), K. Daroini (wakil mudir), K. Ircham Mahmudi (sekretaris), K. Zaeni (bendahara), dan Ustadz Noor Abidin (wakil sekretaris). Agenda utamanya adalah rapat persiapan Muskerda yang akan digelar akhir bulan ini.
Dilansir dari website resmi PBNU, Jatman didirikan Juli 1979 M bertepatan dengan Rajab 1399 H. Secara harfiah, Jam’iyyah Ahlith Thariqah aI-Muktabarah an-Nahdliyah berarti perkumpulan para pengamal tarekat muktabarah NU. Cikal bakal organisasi dibentuk di Jombang dengan nama Tarekat Nahdlatul Ulama yang diprakarsai oleh KH Muhammad Baidlowi.
Sebelumnya, pada tahun 1957 M (Rajab 1399 H), para kiai NU juga telah mendirikan Jam’iyah Ahli Thariqah AI-Muktabarah. Belum ada tambahan an-Nahdliyah. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk memayungi semua thoriqoh yang digolongkan sebagai thoriqoh muktabarah.
Selanjutnya, pada Muktamar NU ke-26 tahun 1979 di Semarang. Para sesepuh thoriqoh seperti KH Muslih Abdul Rahman, KH Turaichan Adjuri, dan KH Adlan Ali, memperjuangkan organisasi ini di Sidang Pleno Syuriah PBNU. Sidang akhirnya menyetujui dan dituangkan dalam Surat Keputusan PBNU nomor 137/Syur.PB/V/1980.
Reporter/Editor : Lege