NU Online Ponorogo – Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat kader NU untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN). Seperti yang dilakukan kader-kader muda NU yang tergabung dalam Gerakan Pemuda (GP) Ansor Cabang Ponorogo. Sesuai tema HSN Tahun 2020 “Santri Sehat, Indonesia Kuat”, Pengurus Cabang GP Ansor Ponorogo menggelar acara Kirab 100 Ribu Do’a Pagar Bumi mengelilingi seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo.
Ketua PC GP Ansor Ponorogo, Syamsul Ma’arif, mengatakan bahwa kegiatan tersebut memiliki 2 tujuan sekaligus. Selain untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2020, kirab yang melibatkan 21 Pengurus Anak Cabang (PAC) GP Ansor itu sekaligus sebagai bentuk do’a menghadapi Pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih belum teratasi.
“Ini bukanlah selebrasi semata, melainkan olah spiritual. Pemerintah secara lahiriah menangani Covid-19 dengan aturannya, kita secara batiniah menangani dengan gerak spiritual,” kata Syamsul Ma’arif dalam sambutannya saat apel pembukaan kirab di kawasan Embung Bangunsari, Desa Krisik, Kecamatan Pudak, Ponorogo, Selasa (13/10).
Syamsul menjelaskan, GP Ansor Ponorogo sangat mendukung kebijakan pemerintah untuk menerapkan Protokol Kesehatan guna menghadapi Pandemi Covid-19. Tapi di sisi lain, sebagai santri dan kader muda NU, GP Ansor Ponorogo merasa terpanggil untuk tetap meggelar peringatan HSN Tahun 2020. Pasalnya, penetapan HSN didasarkan pada keluarnya fatwa Resolusi Jihad yang diserukan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Resolusi itu merupakan bukti nyata peran dan tanggug jawab santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terkait acara kirab ini, kata Syamsul, GP Ansor Ponorogo memilih untuk membaca wirid ‘Pagar Bumi’ atau yang biasa disebut ‘Aji-Aji Limo‘. Pembacaan wirid dilakukan secara estafet sembari melakukan kirab dari kecamatan ke kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo. Dimulai dari Kecamatan Pudak, dan direncanakan berakhir di Kecamatan Ponorogo. Kirab ini akan dilakukan selama 9 hari, terhitung sejak hari ini (Selasa, 13/10) sampai tanggal 22 Oktober mendatang.
Para peserta kirab juga membawa Pataka dan Pusaka Tegalsari yang akan diserahkan secara estafet dari kecamatan ke kecamatan. “Hal ini menyimbolkan bahwa kita generasi muda harus menghormati leluhur dan mengilhami perjuangan beliau waktu dulu. Tongkat estafet perjuangan pendahulu NU harus kita teruskan dengan cara berjejaring, rapi, terpimpin dan terstruktur,” tegas Syamsul.
Untuk diketahui, wirid Aji-Aji Limo merupakan warisan dari Wali Songo. Bentuknya adalah syi’ir. Wirid ini diijazahkan oleh pendiri NU Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari.Β Di jamannya. di era tahun 1950-an, wirid ini sangat populer dan sempat menjadi pujian di berbagai masjid dan musholla. Wirid yang dilantunkan dengan langgam Jawa ini dimaksudkan sebagai do’a ketika sedang menghadapi bencana besar.
Berikut ini teks lengkap Aji-Aji Limo :
Likhomsatun Uthfi biha
Haaral Wabaail hatimah
Almusthofa wal Murtadho
(Wabnahuma Wa Fatimah 2x)
Kulo gadah Aji-aji limo
Kangge mbukak lawang suargo
Kanggo nyirep geni neroko
lan nyengkalani siksane Allah
Aji-aji limo wujud menungso
Linuwih ilmu sugeh tulodho
Tindak lampahe adoh ing olo
Manah niate tansah waskito
Kanjeng Muhmmad rosulillah
Sayyidatun nisaβ Siti Fatimah
Sayyidina Ali Karomallahu Wajhah
Putro kekalih Hasan lan Husein
Poro Malaikat podo sholawat
Bumi lan langit sedoyo khidmat
Jiwo limo kinasih Allah
Jiwo liwo satruning doso
Sinten mawon kang nyolawati
Kanjeng Nabi tansah nyafaβati
Marang limone yen tresnani
Gusti Allah bakal ngridloni
Boten bakal diterimo sholate
Yen mboten maos sholawate
Imam Syafiβi ngendikaake
Niki bukti agunge derajate
Kulo gadah aji-aji limo
Kangge mbukak lawang suargo
Kanggo nyirep geni nerokolan
nyengkalani siksane Allah
Najan Ibadah sakumur-umur
Amal Ibadah ra keno diukur
Marang limone yen ora akur
Neroko panggone bakale njegur
Reporter : Rochman
Editor : Lege