NU online Ponorogo – Sejak 2014 PAC GP Ansor Ponorogo menginisiasi pengajian kitab Kifayatul Atqiya’ yang diasuh Kyai Hasyim Sholeh. Pengajian ini rutin digelar di masjid Darul Hidayah Tepeng Kelurahan Pinggirsari Kecamatan Ponorogo setiap Rabu malam. Peserta pengajian tidak terbatas pengurus PAC GP Ansor Ponorogo saja, ada juga peserta dari jamaah masjid Darul Hidayah.
Para pengurus PAC GP Ansor Ponorogo memilih Kyai Hasyim Sholeh sebagai pengasuh pengajian karena ingin “ngalap barokah” dari kedalaman ilmunya. Perlu diketahui, Kyai Hasyim Sholeh yang saat ini tinggal di Desa Mojomati Kecamatan Jetis merupakan pengasuh pengajian berbagai kitab di 3 pesantren, yaitu PP. Hasyim Ay’ari Banyudono, PP. Hudatul Muna Jenes dan PP. Nahrul Ulum Purbosuman.
“Beliau (Kyai Hasyim Sholeh, Red) tersohor dengan kesederhanaan, ora doyan dunyo, dan istiqomah dalam mengajarkan ilmu, maka kami (pengurus PAC GP Ansor Ponorogo) mengangkat beliau sebagai guru agar mendapat barokah ilmunya,” ungkap Miftahul Asror Ketua PAC GP Ansor Ponorogo.
Setiap pengajian, Kyai Hasyim Sholeh dengan penuh semangat membaca kitab Kifayatul Atiqiya’ dengan metode bandongan atau weton. Kata perkata dibaca Kyai Hasyim beserta artinya, sementara peserta tidak kalah semangat menulis arti setiap kata yang belum diketahuinya sambil menyimak penjelasan Kyai Hasyim Sholeh.
Pada pertemuan, Rabu (18/11) Kyai Hasyim Sholeh sampai pada bab yang menjelaskan tentang pentingnya mencari ilmu. Dalam penjelasannya, Kyai Hasyim Sholeh memaparkan kemuliaan pencari ilmu yang dapat mengamalkan ilmunya.
“Akan lebih mulia jika kita mencari ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain, bukan malah ilmu yang menimbulkan madlarat bagi orng sekitar,” terang Kyai Hasyim Sholeh di depan 30-an orang peserta pengajian malam itu.
Ada satu pelajaran yang penting dari kajian Kyai Hasyim Sholeh jika dikuatkan dengan situasi kekinian di Indonesia. Seperti telah diketahui bersama, saat ini Indonesia telah memiliki orang pandai yang hampir tidak terhitung jumlahnya. Tetapi di balik itu, korupsi dan tindak pidana kerah putih justru dilakukan oleh orang-orang yang pandai secara akademis. Orang-orang pandai yang berperilaku negative seperti ini dalam kajian Kyai Hasyim Sholeh pada hakikatnya belum termasuk orang yang berilmu
Pada akhir pemaparannya, Kyai Hasyim Sholeh menegaskan, perbedaan orang-orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tidak berilmu terletak pada perilakunya.
“Tandanya orang berilmu itu mempunyai beberapa ciri khas yang nampak, di antaranya kebagusan akhlak, menjaga perasaan orang lain, selalu menghormati orang lain dan tidak suka mementingkan materi duniawi,” tegas Kyai Hasyim Sholeh. (dam)
Reporter : idam
Edito : budi