NU Online Ponorogo – Geliat ke-NU-an di Kabupaten Ponorogo sudah mulai menjalar hingga ke tingkat anak ranting. Salah satunya adalah Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama (PAR NU) Krajan, Desa Mrican, Kecamatan Jenangan. Di tengah suasana Pandemi Covid-19, para pengurus menetapkan 3 program prioritas. Ke-3 program tersebut dilabeli dengan Gerakan Memakmurkan Masjid dan Mushola.
Gema Masjid-Mushola terdiri dari gerakan shalat berjama’ah, khotmil Qur’an dan latihan Al-barzanji serta seni hadrah habsy. “Semuanya (3 program, Red) dipusatkan di Masjid Darul Hikmah serta mushola-mushola yang ada di wilayah NU Anak Ranting Krajan. Jumlahnya ada lima musholla,” ungkap Nasroh Wahab Sya’roni, Ketua PAR NU Krajan, Mrican.
Nasroh, begitu putra Rais MWC NU Jenangan ini biasa disapa, menjelaskan bahwa Gema Masjid Mushola merupakan upaya secara sistimatis dan berlangsung secara terus menerus untuk menyadarkan dan memberdayakan umat dalam memakmurkan masjid mushola dengan berbagai kegiata keislaman. “Untuk mencapai hasil yang optimal perlu didukung dengan sistem, aktivitas dan lembaga pemberdayaan masjid,” tegasnya.
Nasroh menyebut, Gema Masjid-Mushola diharapkan dapat berlangsung secara massal dan melibatkan banyak komponen umat. “Semua Pengurus masjid mushola, ulama, umara’, ustadz, mubaligh, aktivis NU maupun kaum muslimin pada umumnya dilibatkan,” terangnya.
Rais MWC NU Jenangan KH. Sunarto menyambut gembira Gema Masjid-Mushola yang diinisiasi PAR NU ini. Gerakan seperti ini sudah lama menjadi dambaannya. Karena, umat Islam umumnya memiliki semangat yang tinggi dalam membangun masjid-mushola. Sayangnya, semangat ini tidak dibarengi dengan aktivitas untuk memakmurkannya secara sungguh-sungguh. “Kondisi ini sangat memprihatinkan dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua,” katanya.
Sementara itu, dari 3 program prioritas yang sudah dijalankan latihan Maulid Al-Barzanji serta Habsy. Pengurus membagi tiga kelompok, yakni kelompok remaja masjid, kelompok bapak-bapak,dan kelompok ibu-ibu. “Sebulan ini latihannya sudah mulai, bergiliran di masjid mushola yang ada di dukuh Krajan,” imbuh Nasroh.
Nasroh beralasan, pihaknya memandang kegiatan seni islami itu lebih penting untuk digerakkan terlebih dahulu. Dengan latihan maulid al-barzanji dan habsy, mereka akan menyadari bahwa masjid-mushola adalah pusat kegiatan umat. “Artinya umat Islam menjadikan masjid-mushola sebagai pusat aktivitas jama’ah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam,” pungkasnya.
Reporter : Idam
Editor : Lege