NU Online Ponorogo – Banser Ponorogo menyatakan siap menjadi relawan untuk pemulasaraan hingga pemakaman jenazah pasien Covid-19. Penegasan ini disampaikan Komandan Satuan Koordinasi Cabang (Kasatkorcab) Banser Ponorogo, Sudarsono, menanggapi minimnya petugas di sejumlah RS rujukan Covid-19. Padahal, angka kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Ponorogo masih terbilang tinggi (baca beritanya di sini, Red).
“Kami sudah koordinasikan dengan beberapa pihak. Insya Allah kita siap menjadi relawan. Kapan pun dan di mana pun,” tegas Sudarsono, saat dikonfirmasi NU Online Ponorogo, Selasa (27/7).
Sebagaimana diberitakan, sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Timur masih berada di zona merah. Tak terkecuali Ponorogo. Meski pemerintah telah menunjuk 5 RS sebagai rujukan Covid-19, jumlah kasusnya melampaui kemampuan kelima RS tersebut. Data di situs resmi Pemprov Jatim untuk Kabupaten Ponorogo per 27 Juli 2021 menunjukkan, ada 98 kasus baru dan 14 pasien meninggal dunia.
Untuk tahap awal, kata Sudarsono, Banser Ponorogo mengirim 7 personil untuk mengikuti pelatihan di RS Darmayu. Yaitu Azis Sustiawan (Ketua Banser Husada Ponorogo), Rohmat A (PAC Sukorejo), Fajar (PAC Siman), Nahrowi (PAC Badegan), Harianto (PAC Kota), Abdul Rozak (PAC Pudak), dan Khoirul Anam (PAC Pudak). “Kebetulan begitu selesai pelatihan ada pasien Covid-19 yang meninggal. Jadi ya langsung praktik,” tutur Sudarsono yang kerap disapa Ndan Jabrik.
Ketua PC GP Ansor Ponorogo, Samsul Ma’arif, mengatakan bahwa pihaknya sudah berkomunikasi dengan beberapa pihak. Baik RS yang ditunjuk pemerintah sebagai RS rujukan, LKNU (Lembaga Kesehatan NU, Red) maupun dengan PCNU Ponorogo. “Dari hasil komunikasi itu ada titik temu. Bahwa kita punya personil sahabat banser yang siap jadi relawan. Tapi memang harus dibekali dulu dengan pelatihan khusus. Insya Allah dalam waktu dekat, kita akan kirim personil juga untuk membantu di RSU Muslimat,” terang Samsul.
Untuk merekrut relawan khusus menangani pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 ini, Samsul mengaku agak kesulitan. Alasannya jelas, karena tingginya resiko yang harus ditanggung relawan. Meski begitu, Samsul tetap optimis bahwa masih banyak banser yang siap memikul tanggung jawab ini.
Hal ini dibenarkan Hariyanto, salah seorang Banser Ponorogo yang memutuskan untuk menjadi relawan. Kepada NU Online Ponorogo dia mengaku menyadari betul resikonya. Akan tetapi, panggilan kemanusiaan karena melihat antrian jenazah yang butuh segera ditangani, mengalahkan semua ketakutan itu. “Bagaimana mungkin kita diam begitu saja. Setiap mendengar dan menyaksikan warga yang meninggal karena Covid-19, saya tidak tega,” akunya.
Reporter/Editor : Lege