NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Pelatihan Dalang Manten Bersama PC Lesbumi Ponorogo

Pelatihan Dalang Manten
Bersama PC Lesbumi Ponorogo

NU Online Ponorogo- Pengurus Cabang Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia ( PC Lesbumi) Ponorogo gelar pembukaan pelatihan Dalang manten di masjid Ar roudzoh Jl. Sekar Putih Timur ,Tonatan Ponorogo, Selasa (26/7). Bertujuan melestarikan budaya leluhur sekaligus ajar ilmu dalang manten kepada para kader penggiat budaya Jawa.
Bersama praktisi dalang manten K. Marsim dan Ki Purbo Sasongko atau kerap disapa Ipung, memaparkan materi teknik tata cara mendalang manten.
Sosok K.Marsim sendiri, yang berlatar belakang pondok pesantren, mengakui awalnya hanya berbekal sedikit kemampuan berbahasa Jawa halus ditambah bahasa Arab. Karena tuntutan seorang santri harus siap menjalani peran apapun di masyarakat, maka nekad menerjuni profesi Dalang manten alias MC manten.
“Secara formal, pendidikan saya hanya berbekal santri dari pesantren. Selanjutnya melanjutkan kuliah di fakultas ekonomi, lalu kuliah lagi di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam,” jelasnya.
Meski menjadi dalang manten bukan pekerjaan utama, namun karena banyak sekali yang “nanggap” akhirnya digeluti juga.
Menurut Marsim, ilmu “Dalang Mantan” butuh kemauan dulu. Artinya, buruk keberanian mental, selanjutnya terkait materi bahasa bisa dipelajari secara otodidak.
” Jadi, yang penting percaya diri dulu. Jika sering latihan dan berani praktek, akan terbiasa juga,” imbuhnya.
Tidak jauh beda dengan pengalaman Ki Dalang Purbo Sasongko yang malam itu juga diundang sebagai pemateri. Versi dalang manten menurut Ipung, panggilan akrabnya, menjadi Dalang Manten tidak harus melalui pendidikan formal.
” Banyak latihan dan banyak menyimak dari para dalang manten saat di lapangan. Soal kosa kata bisa dipelajari dari sejumlah literasi termasuk melihat tayangan ketoprak “Sapta Mandala” untuk belajar basa Krama madya yang mudah dipahami,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk memperkaya paramasastra menurut Ipung harus sering membaca literasi seperti majalah basa Jawa.
Baik K.Marsim dan Ki Purbo Sasongko, selama praktek ndalang justru jarang menggunakan basa Krama Inggil yang paling halus, karena takut tidak dipahami para undangan.
“Klo perlu saya malah sering menggunakan basa Jawa “Ngoko” agar gampang diterima oleh para tamu,” ujar Ki Purbo Sasongko.
Dua pemateri dalang manten yang sama-sama dari tlatah Bedingin-Sambit itu mewanti-wanti kepada para peserta pelatihan agar berani menawarkan diri kepada masyarakat bahwa kita bisa dan siap menjadi MC manten dan jangan pernah sekali-kali menolak jika ditawari. Alasannya karena kesempatan itu belum tentu datang untuk kedua kalinya.
Terkait materi Dalang Manten menurut mereka berdua, sebenarnya hanya itu-itu saja. Klo ada hal baru itu tergantung situasi dan kondisi saja.

Master Of Ceemonyuntuk bisa eksis dan bertahan
nya dari pesantrensangat terbantukanyang menuntut mampu berperan di masyarakat. Juga sempat mengenyam pendidikan formal di fakultas ekonomi juga kuliah di fakultas Pengabdian Masyarakat Islam (PMI) bergelar S.Sos.
Sementara itu K.Ipung mengaku belajar MC secara otodidak sejak 1992 terpaksa terjun di dunia MC. Sempat nyantrik di Pomahan Pulung. Juga sempat ngangsu kaweruh pada dalang Sentho. Yang istimewa juga sempat ngabdi di keraton Solo. Diakuinya, butuh keberanian mental untuk berani tampil. Menurut dia, secara formal belajar MC tidak pernah ditempuh melainkan hanya praktek langsung di acara mantenan.
Tidak semua MC menggunakan bahasa Krama Inggil yg paling halus.
Sementara itu, dari sejumlah peserta yang hadir mengaku sangat ingin belajar dan ditularkan ilmunya dari kedua pemateri.
” Saya sangat ingin bisa menjadi Dalang Manten, tapi terkadang masih belum punya rasa percaya diri,” kata Budi, salah satu peserta.

Reporter/Editor: Budi

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *