Sebuah pertanyaan menarik muncul dalam seminar kesehatan reproduksi yang diselenggarakan Fatayat NU Jambon. Seorang peserta bertanya kepada dr. Farid Nurdiansyah Sp.OG, “Apakah benar turun berok disebabkan oleh kutukan?” Pertanyaan ini mengundang perhatian peserta lainnya dan menjadi titik awal diskusi yang menarik.
Dr. Farid, dengan senyum, menjelaskan bahwa prolaps uteri atau turun berok bukanlah suatu kutukan, melainkan kondisi medis yang cukup umum. Kondisi ini terjadi ketika rahim turun dari posisi normalnya dan menonjol keluar melalui vagina. Meskipun sering dianggap tabu dan memalukan, penting untuk memahami bahwa prolaps uteri dapat dialami oleh banyak wanita, terutama mereka yang sudah menopause atau pernah melahirkan beberapa kali.
Apa yang menyebabkan prolaps uteri? Menurut dr. Farid, beberapa faktor dapat memicu kondisi ini.
Proses persalinan, terutama persalinan pervaginam berulang, dapat melemahkan otot dan jaringan penyangga rahim.
Menopause, penurunan kadar hormon estrogen selama menopause membuat jaringan panggul menjadi lebih lemah.
Angkat beban berat, aktivitas fisik yang melibatkan mengangkat beban berat secara berulang dapat meningkatkan tekanan pada otot panggul.
Batuk kronis atau sembelit, kondisi ini dapat meningkatkan tekanan pada panggul.
Tumor pada rahim atau organ panggul lainnya dapat menekan dan menarik rahim ke bawah.
Menurut dokter yang aktif di LKNU Ponorogo tersebut, gejala prolaps uteri dapat bervariasi.
Rasa berat atau penuh di panggul, nyeri punggung bawah, sulit buang air kecil atau besar, munculnya benjolan di vagina, nyeri saat berhubungan seksual.
Jelasnya lagi penanganan prolaps uteri akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin dilakukan.
Pembedahan: Histerektomi (pengangkatan rahim), Kolporisasi (memperbaiki jaringan pendukung rahim), Sakrokolpopeksi (melengkatkan rahim ke tulang sakrum)
Pessary, alat yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menopang rahim.
Terapi fisik, latihan kegel untuk memperkuat otot panggul.
Obat-obatan untuk mengurangi gejala seperti inkontinensia urin.
Beberapa faktor yang menyebabkan prolaps uteri sering dianggap tabu adalah stigma seputar organ reproduksi wanita, ketakutan akan prosedur medis, dan kurangnya informasi yang tepat, imbuh dr. Farid.
Penting untuk diingat bahwa prolaps uteri adalah kondisi medis yang dapat diobati. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan jika mengalami gejala-gejala prolaps uteri. Dengan penanganan yang tepat, dapat kembali menjalani kehidupan yang berkualitas.
Reportase: Nanang Diyanto/LKNU