NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Pasar Ramadhan Ponorogo Tutup dengan Sukses, Dongkrak Ekonomi dan Kebanggaan Lokal

Meski secara resmi ditutup, namun masyarakat masih memenuhi wahana

NU Online Ponorogo, 21/3/2025 – Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko bersama Wakil Bupati Lisdiyarita dan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) secara resmi menutup Pasar Ramadhan (sebelumnya dikenal sebagai Pasar Malam) di Alun-Alun Ponorogo, Senin (21/3/2025). Kegiatan yang berlangsung selama 35 hari atau selapan dino nethet (penuh) ini menjadi bukti kebangkitan ekonomi kerakyatan sekaligus hiburan yang dinanti warga.

Dalam sambutannya, Bupati Sugiri menyampaikan kebanggaannya atas partisipasi 77% pelaku usaha asli Ponorogo di ajang ini. “Ini perubahan signifikan dibanding 5-10 tahun lalu, ketika masyarakat kita masih sekadar penikmat. Kini, mereka menjadi pelaku utama,” ujarnya. Meski demikian, ia juga berterima kasih kepada pelaku usaha dari luar daerah yang turut menyemarakkan pasar, mendongkrak pendapatan daerah melalui kontribusi finansial dan hiburan.

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko didampingi Wabup, dan Forpimda menutup Pasar Ramadhan (pasar malam)

Pasar Ramadhan Ponorogo tahun ini menjadi magnet ekonomi yang menyentuh seluruh lapisan. Data Pemkab mencatat peningkatan signifikan di sektor parkir, penjual mainan, penjual celengan, penjualan kuliner khas seperti jagung bakar dan kacang rebus, hingga penjualan pakaian dan penyewaan sound system. “Semua kebagian rezeki. Ini bukti pasar rakyat bisa jadi solusi pemulihan ekonomi,” tambah Sugiri.

Ia mengakui masih ada kekurangan dalam penyelenggaraan dan meminta masukan masyarakat untuk perbaikan tahun depan. “Kami berjanji meningkatkan kualitas layanan, infrastruktur, dan hiburan agar lebih baik,” tegasnya.

Penampilan Reyog Obyok Harimau Tenggara meramaikan penutupan pasar Ramadhan

Pasar Ramadhan Ponorogo tidak hanya menjadi agenda lokal, tetapi juga destinasi wisata musiman. Arus perputaran uang yang pesat dan kunjungan warga luar daerah menegaskan perannya sebagai penggerak ekonomi. “Ini bukan sekadar pasar, tapi ruang kebersamaan dan pelestarian budaya,” ujar Bupati.

Penutupan pasar diramaikan dengan pertunjukan spektakuler Reyog Obyok Harimau Tenggara, diiringi gending khas Orek-orek Kedung Banteng. Ratusan penonton memadati alun-alun, menyaksikan kolaborasi seni tradisional yang memukau.

Sulit membedakan mana penonton dan pekerja seni, semua larut dalam Gending Orek-orek

Ke depan, Pemkab berencana mengoptimalkan Pasar Ramadhan sebagai bagian dari kalender wisata Jawa Timur. “Kami akan integrasikan dengan potensi budaya lain, seperti Reyog, kesenian khas lainnya agar daya tariknya semakin kuat,” pungkas Sugiri.

Dengan ditutupnya pasar malam ini, masyarakat telah mencatat satu lagi babak sukses Ponorogo dalam memadukan ekonomi kerakyatan, kebanggaan lokal, dan seni tradisional.

Kontributor: Nanang Diyanto/LKNU Ponorogo

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *