
NU Online Ponorogo – Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2025, Pengurus Cabang Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PC JQHNU) Ponorogo bekerja sama dengan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo menggelar kegiatan Pelatihan Qira’ah Sab’ah. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan dilaksanakan di Aula FUAD UIN Ponorogo (17/10).
Kegiatan tersebut merupakan bentuk sinergi antara lembaga pendidikan tinggi Islam dan JQHNU Ponorogo yang memiliki tujuan untuk menguatkan pemahaman mahasiswa terhadap ragam bacaan Al-Qur’an (Qira’ah Sab’ah) serta menumbuhkan kecintaan terhadap tradisi keilmuan para ulama qira’at.
Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan dilanjutkan sambutan dari Wakil Dekan FUAD UIN Ponorogo, Bapak Dr. Iswahyudi, yang dalam arahannya menyampaikan apresiasi terhadap kolaborasi ini sebagai langkah nyata dalam memperkaya khazanah keilmuan mahasiswa. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua PC JQHNU Ponorogo, bapak Khoirul Anwar, S. Ag. yang menegaskan pentingnya menjaga sanad keilmuan dan kelestarian bacaan Al-Qur’an yang bersumber dari riwayat yang sahih dan mutawatir.
Kegiatan pelatihan menghadirkan Ustaz Dana Ahmad Dahlani, Lc. sebagai pemateri utama dengan Pak Afifi bertindak sebagai moderator. Dalam pemaparannya, Ustaz Dana, yang menjadi Koorbid. Qiroah Sab’ah di PC JQH NU Ponorogo menjelaskan secara mendalam mengenai syarat-syarat bacaan mutawatir yang dapat digunakan dalam ibadah salat, serta memperkenalkan sepuluh imam qira’ah beserta daerah asal dan sanad keilmuannya antara lain dari Basrah, Kufah, dan Syam. Para imam tersebut merupakan tokoh-tokoh besar dari kalangan tabi’ut tabi’in yang menjadi rujukan pokok dalam bacaan Al-Qur’an hingga masa kini.
Beliau juga memaparkan kitab-kitab utama yang menjadi pedoman dalam kajian Qira’ah Sab’ah, di antaranya Hirz al-Amani wa Wajh at-Tahani atau yang lebih dikenal dengan Matan Syathibiyah, karya agung Imam Asy-Syathibi. Sebagai tambahan, pemateri memperkenalkan tiga qira’ah lain yang bersumber dari kitab Ad-Durrah al-Mudhiyyah karya Imam Ibnu Jazari, yang dikenal sebagai pelengkap dari tujuh qira’ah utama menjadi Qira’ah ‘Asyrah.
Puncak kegiatan ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UIN Kiai Ageng Muhammad Besari dan PC JQHNU Ponorogo. Melalui kerja sama ini, kedua pihak berkomitmen untuk memperluas ruang pengkajian Al-Qur’an, khususnya dalam bidang qira’at, tahsin, dan tahfidz, serta membangun jejaring akademik dan keulamaan yang berkesinambungan di wilayah Ponorogo dan sekitarnya.
Sesi akhir kegiatan diisi dengan tanya jawab interaktif antara peserta dan pemateri. Salah satu pertanyaan yang menarik perhatian peserta adalah mengenai apakah boleh membaca surat dengan qira’ah berbeda setelah Al-Fatihah dalam salat. Ustaz Dana menjelaskan bahwa hal tersebut diperbolehkan, selama tidak mencampurkan satu surat dengan berbagai riwayat imam yang berbeda.
Pertanyaan lain menyoroti perbedaan antara “Sab’atu Ahruf” yang disebut dalam hadis Rasulullah SAW dan “Qira’ah Sab’ah” yang dikenal dalam ilmu qira’at. Ustaz Dana menegaskan bahwa keduanya adalah dua konsep berbeda: Sab’atu Ahruf menunjukkan jenis-jenis variasi bacaan yang diizinkan dalam Al-Qur’an, sementara Qira’ah Sab’ah merujuk kepada tujuh imam besar yang meriwayatkan bacaan Al-Qur’an secara mutawatir, masing-masing dengan dua rawi yang terkenal.

Melalui pelatihan ini, para peserta memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang sejarah, kaidah, dan sanad keilmuan Qira’ah Sab’ah. Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum penting untuk mempererat silaturahmi dan kolaborasi antara PC JQHNU Ponorogo zaman dengan UIN Kiai Ageng Muhammad Besari, dalam mengokohkan peran keduanya sebagai pelestari ilmu Al-Qur’an di tengah perkembangan zaman.
Kontributor : Media JQHNU
Editor : Abraham Anta Permana