NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Menyikapi Masalah, Meraih Hidayah: Hikmah Ahad Pon dari KH M. Syukran Jazila

Ratusan jamaah pengajian Ahad Pon memadati halaman, serambi masjid, sampai meluber di jalan raya depan masjid NU Ponorogo

NU Online Ponorogo, Ahad Pon, 20 Juli 2025 — Di bawah langit pagi yang teduh, ratusan jamaah kembali memadati Masjid Nahdlatul Ulama Ponorogo. Suasana spiritual yang khas mengiringi setiap pengajian rutin Ahad Pon, yang kali ini kembali menghadirkan ulama karismatik, DR KH M. Syukran Jazila, M.Ag, sekaligus ketua LD PWNU Jawa Timur. Dengan gaya tutur yang santai namun sarat makna, beliau membedah tema yang akrab namun kerap luput kita renungi: bagaimana menyikapi masalah dalam hidup dengan kacamata tauhid, bukan semata logika.

Dalam pengantar tausiyahnya, Kiai Syukran membuka dengan ajakan untuk bersyukur. “Bersyukur kita semua terpilih oleh Allah, diberi kesehatan — baik fisik maupun dompet,” ucapnya sambil mengundang senyum jamaah. Namun kemudian, beliau menggiring kita menyelami kenyataan bahwa kehidupan di dunia memang ditakdirkan penuh masalah. Tua-muda, miskin-kaya, lajang maupun yang sudah berpasangan — semua punya beban masing-masing.

Dr KH M.Syukran Jazila M.Ag mengisi pengajian Ahad Pon masjid NU Ponorogo

Kunci dari semua ini, menurut beliau, adalah mengubah fokus: dari masalah ke dzat pemberi masalah, yakni Allah. “Apapun masalahmu, jangan fokus pada masalahnya. Fokuslah kepada Dzat penyelesai masalah: Allah,” tegasnya. Di sinilah fondasi spiritualitas Nahdlatul Ulama yang khas ditampakkan—sebuah laku menerima, mengelola, dan menyerahkan kembali kepada Sang Pengatur segala urusan.

Kiai Syukran menyentil kecenderungan kita yang terlalu sering mengandalkan nalar dalam menghadapi cobaan, lalu terjebak dalam permainan kata-kata seperti “seandainya”, “andaikan”, atau “kalau saja.” Kalimat-kalimat itu, menurut beliau, menjadi celah masuknya was-was dari syaitan, dan membawa kita menjauh dari ridha Allah.

Dalam ceramah yang memadukan nasihat lembut dengan humor renyah, Kiai Syukran juga mengajak jamaah untuk bersikap rendah hati dan menjauhi kesombongan intelektual. “Jangan bangga bisa menang debat. Banggalah kalau bisa menyelesaikan masalah,” ujarnya. Karena dalam kehidupan ini, yang terpenting bukanlah argumen siapa yang paling benar, tapi sikap siapa yang paling mendekatkan diri pada hikmah dan kasih sayang Allah.

Ratusan jamaah antusias mengikuti pengajian Ahad Pon sampai selesai.

Ia pun mengingatkan pentingnya berguru, terutama dalam tradisi NU yang menjunjung sanad keilmuan. “Kalau tidak punya guru, maka gurunya adalah syaitan,” kata beliau, menyentil fenomena sebagian orang yang merasa cukup dengan pemahamannya sendiri dalam beragama.

Kiai Syukran lalu menyoroti pentingnya menjaga hati terhadap sesama. “Jangan benci siapa pun. Siapa tahu suatu saat kita butuh orang itu,” katanya. Ia membawa kisah Umar bin Khattab, yang dulunya keras menentang Islam, namun justru menjadi sahabat utama Rasulullah setelah mendapat hidayah. Bahkan, seorang pelacur pun bisa masuk surga karena memberi minum seekor anjing — menunjukkan bahwa kebaikan tidak dinilai dari latar belakang, tapi dari ketulusan hati.

Dihadiri pengurus dewan pengurus di PCNU Ponorogo

Sebagai penutup, beliau mengingatkan bahwa masalah adalah bagian dari mekanisme Allah untuk menaikkan derajat manusia. “Seperti anak sekolah, yang tiap mau naik kelas pasti diuji,” katanya. Bahkan Rasulullah SAW, kekasih Allah, pun tidak luput dari ujian hidup. Maka, ketika kita merasa diuji, itu bukan tanda Allah tak sayang, justru itulah bentuk perhatian-Nya.

“Hanya orang gila yang tidak punya masalah,” tuturnya di akhir pengajian, mengutip guyonan Ketua LD PWNU Jawa Timur, yang disambut tawa ringan para jamaah. Tapi di balik canda itu, tersimpan kebenaran yang mendalam: bahwa hidup tanpa ujian bukanlah hidup yang sesungguhnya.

Melalui Ahad Pon ini, kita diingatkan kembali bahwa dalam menghadapi peliknya dunia, kunci ketenangan bukan pada logika atau keluhan, melainkan pada keimanan dan kesadaran bahwa semua datang dari Allah dan akan kembali pada-Nya. Semoga kita mampu menjadi bagian dari umat yang tidak hanya baik, tapi terus memperbaiki diri — dengan hati yang lapang, akal yang jernih, dan iman yang teguh.

Kontributor: Nanang Diyanto/ LKNU Ponorogo

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *