
NU Online Ponorogo — Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sawoo menjadi tuan rumah pelaksanaan Bahtsul Masail Triwulanan yang digelar oleh Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PCNU Ponorogo, Sabtu (5/10), bertempat di Pondok Pesantren Nurul Quran Kleco, Desa/Kecamatan Sawoo.
Kegiatan ini dihadiri jajaran pengurus MWCNU Sawoo beserta para pengurus ranting NU se-kecamatan Sawoo yang turut serta dalam forum kajian keagamaan khas Nahdlatul Ulama tersebut. Dari PCNU Ponorogo hadir Ketua Dr. Idam Mustofa, M.Pd, Katib KH. M. Romdhon Fauzi, Wakil Sekretaris Noor Abidin, M.Pd, serta Wakil Bendahara H. Imam Syafi’i.
Sementara itu, Wakil Rais PCNU Ponorogo KH. Hanif Abdul Ghofir bertindak sebagai mushahhih (penyaring hasil rumusan). Di meja tim perumus duduk Wakil Rais Dr. KH. M. Asvin Abdurrahman, M.Pd.I, Ketua LBM KH. Badrus Sholeh, dan Gus Muzakka.
Selain diikuti anggota LBM PCNU Ponorogo, forum ilmiah ini juga dihadiri perwakilan dari LBM PCNU Madiun sebagai peserta undangan.

Dua masalah utama dibahas dalam forum kali ini. Pertama, hukum menambah lafadz “Allah” setelah penghormatan kepada Nabi dalam syi’ir, apakah termasuk kategori musyrik atau tidak. Masalah ini berhasil dirumuskan dengan kesimpulan hukum yang disepakati oleh para perumus. Adapun pembahasan kedua, yakni hukum menolak wakaf oleh nadzir, belum mencapai kesimpulan karena perdebatan yang cukup panjang dan mendalam. Akhirnya, pembahasan tersebut dinyatakan mauquf dan akan dilanjutkan pada bahtsul masail berikutnya.
Kegiatan ini juga dimanfaatkan oleh Ketua PCNU Ponorogo, Dr. Idam Mustofa, M.Pd, untuk melakukan sosialisasi Pendidikan dan Pelatihan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU).
Dr. Idam menegaskan setiap ranting NU sesuai AD/ART dan Perkum NU diharuskan menyelenggarakan pengkaderan minimal satu kali dalam setahun. Demikian pula MWCNU dan PCNU.
“PD-PKPNU ini adalah bentuk komitmen dan konsekuensi bagi kita semua yang telah berikrar dalam jam’iyyah Nahdlatul Ulama,” tandasnya.
Mengenai forum bahtsul masail Dr. Idam menilai, kegiatan berlangsung khidmat dan penuh semangat keilmuan.
“Forum bahtsul masail triwulanan ini menjadi ajang penting bagi para kiai dan kader NU dalam menjaga tradisi ilmiah serta memperkuat pemahaman keagamaan yang berakar pada khazanah Ahlussunnah wal Jama’ah,” pungkasnya.
Kontributor: Sahabat Media LTN