NUonline Ponorogo – Pernak-pernik Hari Santri Nasional (HSN) di Ponorogo selalu nyentrik dan etnik .Simbolisasi sarung sebagai busana pelengkap performa di hari santri sudah menjadi tuntutan. Kementerian Agama dan PTKIN memberlakukan sarung untuk pria dan pakaian jubah untuk putri sebagai pakaian kerja di Hari Santri(22/10).
Sarung, juga menjadi bagian dari kelengkapan seragam upacara hari santri yang diikuti peserta dari instusi pendidikan formal. Peserta sampai undangan dapat dipastikan merasa bangga dengan berpakaian sarung. Padahal sehari-hari para siswa sekolah dan madrasah formal selama ini bercelana panjang. Terutama saat mengikuti upacara bendera atau lainnya.
Di kalangan pesantren, hari santri menjadi legitimasi pemakaian sarung menjadi busana peserta dan undangan apel hari santri. Hampir semua pesantren membuka sekolah/madrasah formal yang mengikuti kurikulum pemerintah. Sehingga saat upacara bendera, para siswa sekaligus santri tetap memakai celana.
Pantauan NU online Ponorogo, empat pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal, yaitu PP. Nurul Quran Pakunden, PP. Ainul Ulum Pulung, PP. Thoriqul Huda Cekok dan PP. Al-Bukhory Mangunan Sampung. Di hari santri (22/10) keempat pesantren ini melaksanakan upacara dengan susunan upacara dan formasi barisan pada umumnya. Namun, undangan dan peserta upacara pria memakai sarung.
Tempat upacara bervariasi sesuai ketersediaan sarana yang dimiliki setiap pesantren. Upacara hari santri PP. Ainul Ulum di halaman masjidnya, demikian juga PP. Al-Bukhory Mangunan. PP. Thoriqul Huda Cekok memilih halaman sekolahnya sebagai tempat upacara hari santri. Berbeda dengan yang lain, PP. Nurul Quran Pakunden harus menggelar upacara hari santri di lapangan milik lingkungan RW karena kegiatan ini disupport PC GP Ansor Ponorogo dalam format yang lebih besar.
Menariknya, hampir semua Kiai pengasuh keempat pesantren mengangkat tema meneladani kiai dan taat kepadanya. K. Kholid Ali Husni Pengasuh PP. Thoriqul Huda Cekok mengajak para santrinya untuk meneladani perjuangan Hadratusyaikh KH. Hasyim Asyari dan K. Fahrudin Dasuki.
“Momen hari santri ini sangat tepat bagi para santri untuk berusaha mencontoh kiprah almaghfurlah KH. Hasyim Asyari dan almaghfurlah K.Fahrudin Dasuki,” ucap Gus Kholid saat memberikan amanatnya.
Sebagaimana tema yang sama disampaikan Gus Kholid, dalam sambutannya K. Subhan Fathu Alam selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren ainul ulum Pulung mengajak para santri untuk berani tampil dalam menjaga marwah ulama dari rong-rongan faham yang menyimpang.
“Jangan sampai para santri meninggalkan para ulama dan kiyai, belakangan ini banyak gerakan-gerakan yang mengarah pada hasutan untuk menjauhi ulama dan kiyai” imbuhnya.
K. Mukrim Abdullah pengasuh PP. Al-Bukhory Mangunan lebih spesifik mengajak para santrinya untuk berkhidmat kepada kyai dengan cara meningkatkan semangat belajar.
Imam Mahmudi, S.Pd.I, MH, selaku ketua LKSA Al-Bukhori merespon sangat baik atas pelaksanaan apel ini.
“Hari santri sebagai upaya memberikan penguatan pada santri bahwa pendahulunya adalah para pejuang atas kemerdekaan Indonesia hingga bisa kita nikmati sampai saat ini,” tuturnya kepada NU online Ponorogo.
KH. Moh. Sholihan al-Hafidz Rais PCNU Ponorogo, meskipun tidak bertindak sebagai inspektur upacara, tapi saat memberikan tausiah usai prosesi upacara menegaskan pentingnya khidmah kepada ulama.
“Sudah semestinya, santri itu harus taat kepada kyainya agar ilmunya bermanfaat,” tegasnya.
Komitmen taat kepada ulama ini pula yang menjadi ikrar GP Ansor dan Banser. Ditegaskan Syamsul Maarif ketua PC GP Ansor, kader Ansor dan Banser akan senantiasa menjadi benteng ulama dan kyai.
“Di hari santri ini, para kyai, kami berikrar untuk menjadi benteng ulama dan para kyai,” ucap samsul yang disambut tepuk tangan semua yang hadir.
Istigotsah dan Kenduri
Yang lebih khas lagi, momen upacara hari santri di beberapa tempat juga dirangkai dengan istighotsah dan kenduri.
Di PP. Ainul Ulum Pulung, setelah apel selesai para santri turut ikut acara Istighosah yang juga digelar oleh pihak yayasan. Selain mendoakan para ulama terdahulu Istihgosan ini juga memohon agar Pandemi segera berakhir.
Kenduri di MWC NU Bungkal terbilang spektakuler. Panitia sengaja menyiapkan ambeng sebanyak 22 buah.
“Sengaja, kami siapkan 22 ambeng, karena hari santri jatuh tanggal 22 Oktober,” ungkap Junaidi ketua panitia kepada NU online Ponorogo. ( dam)
Reporter: Idam
Editor: Budi