
NU Online Ponorogo, (16 Februari 2025) – Majelis Ta’lim dan Sholawat “Iqtada Binnaby” yang digelar di kediaman dr. Riza Mazidu, Singosaren, Ponorogo, menjadi wadah silaturahmi dan edukasi keagamaan yang mendalam bagi masyarakat. Kegiatan ini rutin diadakan setiap Ahad malam Senin Legi bakda Isya, namun kali ini diundur karena dr. Riza dan keluarga sedang menunaikan ibadah umrah.
Dalam majelis tersebut, Ustadz Laits Atsir membacakan Kitab Maulid Ad Diba’i karya Imam Wajihuddin Abdurrahman, seorang ulama terkemuka asal Yaman yang dikenal sebagai ahli hadits dengan gelar al-Hafizh. Kitab ini berisi syair pujian, sanjungan, serta kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, termasuk mukjizat-mukjizat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Ustadz Laits juga menjelaskan makna dan konteks kitab tersebut secara aplikatif, agar jamaah dapat mengamalkan nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

“Kitab Maulid Ad Diba’i mengajarkan kita tentang kebesaran dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Harapannya, jamaah bisa meneladani beliau dalam urusan keluarga hingga bermasyarakat,” ujar Ustadz Laits.
Selain pembacaan kitab, kegiatan ini juga diisi dengan pembacaan Rotib Al ‘Atthos dan lantunan hadrah yang dipimpin langsung oleh Ustadz Laits. Menurutnya, musik hadrah bukan sekadar hiburan, melainkan media untuk mengingat kebesaran Allah dan menumbuhkan kecintaan pada Rasulullah SAW. “Ini adalah bentuk zikir kontemporer yang tetap berpijak pada nilai-nilai salaf,” tambahnya.
Kegiatan ini juga menjadi momentum refleksi spiritual, terutama setelah kepulangan dr. Riza Mazidu dan keluarga dari tanah suci. Dalam sambutannya, dr. Riza berbagi pengalaman spiritualnya selama menunaikan umrah. “Umrah mengingatkan kita untuk selalu rendah hati dan bersyukur. Semoga keberkahan dari tanah suci bisa menyebar melalui majelis ini,” ucapnya penuh haru.
Antusiasme jamaah terlihat dari membludaknya peserta yang hadir, tidak hanya dari kalangan Nahdliyyin Singosaren, tetapi juga masyarakat umum. Siti Aminah (42), salah satu peserta yang rutin hadir sejak 2023, mengaku merasa nyaman dengan suasana kekeluargaan yang tercipta. “Di sini, kami belajar agama dengan cara yang menyenangkan. Suasana kekeluargaannya juga sangat terasa,” tuturnya.

Sufarhan, pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), menyebut majelis ini sebagai contoh nyata gerakan ‘kembali ke akar’ yang digaungkan NU. “Majelis seperti ini menguatkan tradisi, menjaga ukhuwah, dan mengedepankan kebermanfaatan untuk umat,” tegasnya.
Acara ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan, kemakmuran bangsa, dan perdamaian dunia. Dengan semangat “Iqtada Binnaby” (mengikuti jejak Nabi), majelis ini diharapkan dapat terus menjadi mercusuar cahaya di tengah dinamika zaman, mengajak masyarakat untuk tetap teguh memegang nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.
Kegiatan serupa diharapkan dapat meluas ke wilayah lain di Ponorogo, menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk menjaga tradisi keagamaan sekaligus mempererat tali persaudaraan.
Kontributor: Nanang Diyanto/LKNU Ponorogo