NU PONOROGO

Official Website PCNU Ponorogo

Kiai Fauzi: Dakwah Damai dalam Bingkai Organisasi

KH. M.Romdloni Fauzi, memimpin kajian kitab Muqaddimah Qanun Asasi di Ghana PCNU Ponorogo

NU Online Ponorogo – Dalam sebuah forum pengajian rutin yang digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Ponorogo, suasana tenang dan penuh makna terasa mengalir dari penjelasan yang disampaikan oleh KH. M. Romdlon Fauzi. Kiai yang juga menjabat sebagai Katib Syuriah PCNU Ponorogo itu memimpin kajian kitab Muqaddimah Qanun Asasi yang dihadiri oleh jajaran pengurus harian Syuriah dan Tanfidziyah, perwakilan badan otonom, lembaga, serta badan khusus NU.

Namun lebih dari sekadar pembacaan teks kitab klasik, pengajian ini menjadi ruang refleksi yang mendalam tentang arah dan etika dakwah di tengah kompleksitas sosial. Dengan lugas, Kiai Fauzi menegaskan bahwa dakwah tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Harus ada pertimbangan siapa yang menjadi sasaran dakwah, bagaimana kondisinya, serta apakah materi dakwah itu benar-benar diperlukan dan bermanfaat bagi mereka.

Pengajian kitab rutin, sebagai wahana bertemunya para pengurus

“Dakwah tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Tidak bisa dilakukan dengan cara memaksa. Semua harus disampaikan dengan damai,” tegas beliau, dengan intonasi pelan namun menghujam. Pesan ini terasa relevan, terutama ketika ruang-ruang dakwah hari ini kadang diwarnai semangat konfrontatif dan kurang empati.

Di hadapan para pengurus NU yang hadir, Kiai Fauzi mengajak untuk melihat kembali peran mereka sebagai pelayan umat, bukan sekadar pengelola organisasi. Para pengurus, menurutnya, harus mampu menyampaikan nilai-nilai keislaman secara bijak, dengan mempertimbangkan efektivitas dan daya guna pesan dakwah dalam konteks masyarakat yang beragam.

Dihadiri ketua PCNU, pengurus, ketua, perwakilan lembaga dan Banom

Kitab Qanun Asasi, karya penting dalam khazanah NU, memang sejak awal disusun sebagai pedoman etis dan ideologis warga Nahdliyin. Di dalamnya terkandung prinsip-prinsip dasar yang tidak hanya menyangkut akidah dan fiqih, tetapi juga akhlak sosial dan kebangsaan.

Dengan menghidupkan tradisi ngaji kitab ini secara rutin, PCNU Ponorogo tampaknya ingin menegaskan kembali akar-akar moral dan intelektual yang menjadi pijakan gerakan. Tidak hanya kepada masyarakat luas, tetapi terlebih dahulu kepada para pengurusnya sendiri. Karena dari keteladanan merekalah, semangat dakwah damai bisa menjalar ke luar.

Dalam konteks keindonesiaan yang multikultural, pesan Kiai Romdlon menjadi penting untuk digaungkan lebih luas: bahwa jalan dakwah tidak pernah boleh menyingkirkan martabat manusia. Ia harus menjadi jalan terang, bukan ancaman. Jalan teduh, bukan intimidasi. Dan semua itu dimulai dari ketepatan memahami siapa yang sedang diajak bicara, dan dengan cara apa.

Kontributor: Nanang Diyanto/LKNU Ponorogo

Informasi terkait:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *