NU Online Ponorogo – Lesbumi bertekad mementaskan lakon ‘Bathoro Katong Winisudo’ dalam Festival Santri yang diselenggarakan PC GP Ansor Ponorogo, 1-8 Agustus. Rencananya, pementasan dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) tersebut akan dikemas dalam bentuk ketoprak teater.
“Cerita ini sebenarnya sangat sakral. Saya ndak tahu kenapa bisa begitu. Pokoknya mistis banget,” kata Ahmad Saujik, Ketua PC Lesbumi Ponorogo saat ditemui di sela latihan persiapan, Senin (1/8).
Bathoro Katong Winisudo adalah penggalan cerita tentang Babad Ponorogo. Mulai dari pertapaan Bathoro Katong hingga wasiat Brawijaya V kepada Joyodipo dan Joyodrono agar menyerahkan ketiga pusaka Majapahit kepada keturunannya. Ketiga pusaka itu adalah Tombak Tunggul Nogo, Sabuk Cinde Puspito serta Payung Tunggul Wulung atau Songsong Bawono.
Ahmad Saujik yang kerap disapa Mbah Jinggo mengatakan, sengaja memilih ketoprak teater karena durasi waktunya hanya dibatasi selama 2 jam. Ketoprak teater adalah ketoprak dalam bentuk minimalis, dengan menghilangkan beberapa pakem.
Terkait pilihan cerita yang diyakini sakral dan berbau mistis, Mbah Jinggo menuturkan pengalamannya. Katanya, PC Lesbumi pernah menampilkan cerita ini beberapa tahun lalu. Tiba-tiba, listrik panggung mbledhos. Meski sudah ditangani ahlinya, bahkan sempat mengundang petugas PLN, tapi toh tetap tidak bisa nyala. Pemainnya pun banyak yang kesurupan.
Untuk pementasan mendatang, kata Mbah Jinggo, sebenarnya sudah diawali dengan ritual tertentu. Bahkan setiap memulai latihan, semua kru diajak berdoa dan hidyah fatihah terlebih dulu kepada nama-nama yang akan diperankan. Bahkan, ada 3 item yang sengaja tidak dimunculkan meski sebenarnya memiliki arti penting dalam cerita ini. Ketiganya adalah Tari Bedayan, kematian Honggolono dan tokoh Joyodrono.
“Kita sudah sangat berhati-hati. Tapi toh masih saja ada gangguan. Kemarin, dua orang kru kami mengalami kecelakaan di jalan. Tapi kami tetap akan jalan terus. Tujuan kami hanya satu, agar generasi sekarang mengenal dan memahami cita-cita leluhur,” tandasnya.
Mbah Jinggo menambahkan, Lesbumi melibatkan pihak luar untuk mementaskan ketoprak ini. Di antaranya adalah siswa SMK A. Wahid Hasyim sebagai pemain ketoprak, siswa SMK Pemuda Ansor sebagai penari, pesilat Pagar Nusa serta anggota Sanggar Jatiswara dari MWC Dolopo (Madiun) sebagai penabuh gamelan.
“Monggo warga NU nanti bisa ikut menonton. Jangan lupa, Rabu tanggal tiga Agustus jam setengah delapan malam,” pungkasnya.
Reporter/Editor : Lege
Sangat bagus Program nya .dan kita sangat Setuju